Mendulang Hikmah di Perang Hunain & Download Kajian – Ustadz Armen Halim Naro

Innal hamdalillah nahmaduhu wa nastainy wa nastaghfiruh wa naudzu billahi min syururi anfusina wa min sayyiati ‘amalina mayyahdillahu fa huwal muhtad wa mayudlil falan tajida lahu waliyan mursyida

Kebesaran Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam mendidik sahabat-sahabatnya kita temukan di dalam kondisi dan suasana yang terjadi antara Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dengan para sahabatnya, dan diantara kejadian yang menakjubkan dari lembaran sejarah hidup Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dengan para sahabatnya adalah perang hunain yang juga dikenal dengan perang hawazin, bahkan sempat pula turun ayat quran mengenai peperangan tersebut, yaitu ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam diberikan nikmat oleh Allah Azza wa Jalla akan penaklukan kota Mekah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersujud syukur kepada Allah Azza wa Jalla, kemudian disuruhlah bilal adzan maka beliau adzan dikumpulkan semua orang-orang quraisy yang masih dalam keadaan musyrik, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang mengatakan, “ya maasyiral quraisy madza tadzhunnnun anni failun bikum…..? ”(“wahai sekalian quraisy apa yang kalian kira aku akan lakukan terhadap kalian…?”), ketika itu tertunduk para kaum quraisy yang dulunya menghina, mencaci, memerangi rasululah, dan mengusir, bahkan membunuh para sahabat-sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, hanya bisa mengatakan “akhun karim, wa ibnu akhun karim” (“engkau adalah saudara kami yang mulia wahai Muhammad, dan engkau anak saudara kami yang mulia”), dijawab oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ucapan tersebut dengan ucapan yang masyhur di hadapan puluhan ribu kaum quraisy, dan 10.000 sahabat rasul, “idzhabuu fa antumuth thulaqa….!”(“pergilah kalian sesungguhnya kalian telah merdeka”), begitu kemenangan itu disebut dalam quran sebagai fathu madinah, bergembiralah kaum muslimin, dan bersedihlah kaum musyrikin, larilah yang lari diantara yang lari adalah Ikrimah bin Abi Jahal yang pada waktu itu masih dalam keadaan musyrik, tak kuat ia melihat kejatuhan kota Mekah di tangan musuhnya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Setelah beberapa hari Rasullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menghancurkan berhala-berhala di sekitar Mekah, dan menghilangkan sisa-sisa kesyirikan di kota Mekah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengajak para sahabatnya untuk melanjutkan peperangan yaitu Perang Hunain yang berada antara Mekah dengan thaif, peperangan itu adalah peperangan yang luar biasa, karena pada waktu itu kaum hawazin adalah kaum yang ahli memanah, dan pemberani, dan waktu itu sahabat-sahabatnya berangkat dengan jumlah yang tidak sedikit, 2000 tentara dari penduduk kota Mekah yang baru masuk islam, juga ada 10.000 orang sahabat yang berangkat bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari madinah sehingga kaum muslimin pada waktu itu berkata “wallahi lan nadhriba min qillah” (“hari ini kita tidak akan dikalahkan kaerna jumlah yang sedikit”), mereka bangga dengan banyaknya manusia.

Dalam perjalanan tersebut terjadi hal-hal yang disebabkan banyak dari mereka yang baru masuk islam, diantara kejadian tersebut mereka minta dibuatkan pohon dzatu anwath, yaitu pohon yang diagungkan orang-orang quraisy, mereka berkata “ya Rasulullah ij’al lana dzatu anwath kama lahum dzatu anwath…!” (“ya Rasulullah jadikanlah untuk kami pohon dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath”) pohon yang dijadikan gantungan pedang mereka sebagaimana kebiasaan orang quraisy untuk mengambil berkah dari pohon tersebut, maka rasulullah marah tidak lagi terpikirkan bahwa yang berbicara tersebut adalah orang awam yang baru masuk islam, karena hal itu menyangkut akidah, dan kemusyrikan, maka rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: “ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR sungguh kalian telah mengatakan sebagaimana kaum Bani Israil berkata kepada Nabi Musa, “Ij’al lana aalihan kama lahum aalihan (Buatkan bagi kami tuhan-tuhan sebagaimana mereka memiliki tuhan-tuhan”) orang-orang hawazin mempersiapkan perang tersebut membawa seluruh keluarga, dan harta mereka, dengan harapan jika seseorang dari mereka perang di belakangnya harta & keluarga, mereka menang atau mati, mempertahankan akidah kesyirikan mereka atau mati di jalan peperangan itu, maka peperangan ini peperangan yang luar biasa antara kaum hawazin yang berusaha mati-matian untuk mempertahankan akidah kesyirikan dan dunia yang fana mereka bertempur dengan jumlah para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang sangat banyak.

Maka terjadilah peperangan dan mereka memang ahli memanah dalam gebrakan pertama kaum muslimin terpukul mundur dan porak-poranda, dan yang lebih membuat porak-poranda adalah kedangkalan iman sahabat-sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang baru masuk islam dari kalangan quraisy yang sudah diampunkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sehingga tidak ada jalan lagi kecuali Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam maju ke depan sambil mengucapkan: “anan nabiyyu la kadzib ana ibnu abdil muthallib” (“saya nabi bukan seorang pendusta, saya anak abdul muthallib”), karena kekokohan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sehingga Abbas bin Abdul Muthalib berusaha mempertahankan keledai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam agar jangan terlalu cepat larinya ke depan medan peperangan, namun tidak mampu ia menghalanginya, dan majulah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersama sedikit dari orang anshor, ketika tahu banyak yang kocar kacir, banyak yang lari dari kaum muslimin dan yang meliputi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam hanya sejumlah kecil dari golongan anshor maka salah seorang sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan kepada Abbas, dan Abbas mempunyai suara yang keras, “WAHAI ABBAS PANGGIL-PANGGIL KAUM MUSLIMIN….!, PANGGIL ORANG-ORANG ANSHAR…!”, dan waktu itu Abbas dengan suaranya yang keras berteriak YAA… LIL ANSHAR…., YAA LILl AUS…, YAA LIL KHAZRAJ…. MAJULAH..!, maka banyak orang-orang anshor yang mendengar seruan tersebut berpaling dan menuju kembali ke medan peperangan, dan berkumpullah di sana sahabat-sahabat Rasulullah yang mayoritasnya adalah orang-orang anshar, diantara yang berada di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibn Khattab adalah Abbas bin Abdul Muthollib dengan pertahanan jumlah yang seperti itulah dapat kaum muslimin menahan serangan orang-orang hawazin sehingga berkumpullah yang lainnya dan posisi berubah, awalnya peperangan di pegang oleh orang-orang hawazin sekarang di pegang oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabat-sahabatnya.

Kajian tentang masalah hunain tidak sampai disini akan tetapi masalahnya ada pada pembagian rampasan perang hunain atau hawazin dimana ghanimah yang diperoleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah ghanimah yang terbesar semenjak peperangan terjadi antara umat islam dengan kaum musyrikin semuanya ada 6.000 orang tawanan, 24.000 ekor unta, lebih dari 40.000 ekor kambing, dan 4.000 untai emas, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memberikan sebagian besar ghanimah kepada orang-orang yang mualaf dan hanya sebagian kecil saja yang di berikan kepada sahabat-sahabatnya dari kalangan anshor, sebagian besar diberikan kepada orang-orang yang lari, orang-orang yang ikut andil dalam kacau balau pasukan muslimin, tidak kepada para sahabat-sahabatnya, karena hikmah yang diinginkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam membagikan kepada Abu Sofyan 40 ‘uqiyah & 100 unta lalu Abu Sofyan meminta dengan berkata “anakku yaa Rasulullah.., Muawiyah!” maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan “berikan lagi bagi dia 40 uqiyah dan 100 unta” lalu diminta lagi oleh Abu Sofyan, “anakku ya Rasulullah…., Yazid!” maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata “berikan lagi bagi dia 40 uqiyah dan 100 unta” total yang didapatkan abu sufyan 120 ‘uqiyah dan 300 unta, Hakim bin Hizam meminta ghanimah diberikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam 100 unta kemudian ia meminta lagi ditambah lagi oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam 100 unta kemudian diberikan pula kepada Nazhar bin Harits bin Kaladah 100 unta kemudian diberikan lagi kepada ‘ala bin Harits Atsaqafi 50 unta dan diberikan juga kepada Abbas bin Mirdad 40 unta kemudian dia sempurnakan dengan 100 unta kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam membagikan ghanimah sisanya kepada orang-orang yang ikut berperang akan tetapi kebanyakan diberikan kepada orang yang lari,

Disini permasalahannya orang-orang anshar berbicara kepada sesama mereka ketika mereka mengasah pedangnya, mengasah pedang dari darah orang-orang hawazin, bercerita tentang pembagian tersebut cerita tersebut berkisar mengenai pembagian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang lebih berat kepada orang-orang lari…, timbul was-was syaitan ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak lagi bersama kita, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mau memberi banyak tersebut supaya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dapat tinggal di Mekah, ada lagi was-was cerita timbul dari syaitan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam lebih mendahulukan orang Mekah dari orang Madinah cerita ini yang membuat Saad bin Ubadah pemmpin anshor tidak tahan mendengar ucapan yang tidak baik terhadap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam akan tetapi ini harus diselesaikan ini harus dibicarakan kepada Rasul, lalu ia datang menghadap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam  ia beranikan diri apapun yang terjadi “ya Rasulullah inna haza hayya minal anshor qad wajadta fi anfusihim lima shana’ta fi haza fay, kemudian mereka menyatakan bahwa mereka tidak dapatkan sesuatu, maka ini keterusterangan Saad bin Ubadah kepada rasul, “saya tidak tahan ya Rasulullah mendengarnya”, apa kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepada Saad bin Ubadah ya Saad dimana posisi mu..? Saad bin Ubadah ditanya pada waktu itu oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dimana posisi engkau apakah engkau menyetujui pembagian tersebut atau engkau menyetujui apa yang dikatakan oleh orang-orang anshor, di sinilah kelebihan Saad bin Ubadah mengatakan dengan keterusterangannya “ya Rasulullah innama ana minal qaumi” (“ya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sesungguhnya aku bagian dari kaumku ya rasul”) apa kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam? “kalau begitu kumpulkan orang-orang anshar kumpulkan mereka dalam sebuah tempat jangan biarkan ada orang mhajirin masuk kedalam tempat tersebut saya ingin berbicara dengan orang anshor”

maka dikumpulkanlah orang-orang anshar oleh Saad bin Ubadah.., dikumpulkan orang-orang anshar di sebuah kemah yang besar ketika ada orang muhajirin yang duduk dalam kemah tersebut maka tidak dibenarkan baginya untuk duduk di pertemuan ini, pertemuan ini khusus untuk orang-orang anshar, rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kemudian memerintahkan orang-orang anshar berkumpul di suatu tempat. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkhutbah dengan khutbah yang menyentuh hati. Mereka pun menangis. Berkobarlah kembali rasa cinta mereka dan menjadi lembutlah hati mereka, kemudian ketika telah berkumpul semua orang anshar datanglah Saad bin Ubadah memanggil Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam “ya Rasulullah semuanya telah terkumpul maka mohon engkau hadir” maka datanglah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berdiri di hadapan orang-orang anshar setelah memuji allah dan setelah mengucapkan shalawat bagi dirinya maka ia mengucapkan “ya ma’asyaral anshar ma qalatun balagatni ankum wujidatni wajadtumuha fi anfusikum, wahai sekalian anshar apa ucapan yang telah sampai kepada ku dan kemarahan apa pula yang kalian temukan kepadaku”, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menanyakan ada suara yang tidak baik terdengar oleh ku apa pula itu ketidakpuasan apa yang ada pada diri kalian apa desas sesus yang sampai kepada saya dari kalian, wahai anshar, bukankah aku datang dahulunya kepada kalian saat kalian tersesat lalu Allah memberikan petunjuk melalui aku, kalian tak punya apa-apa, lalu Allah membuat kalian kaya lantaran aku; dan kalian saling bermusuhan, lalu Allah menyatukan hati kalian semua melalui perantaraan ku, mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih dermawan dan lebih utama”, ketika mereka telah diam Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tidakkah kalian menjawabku, wahai sekalian anshar?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam meminta jawaban dari kaum anshar dan ini hal yang luar biasa siapa pula yang dapat menatap wajah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedangkan ia mempertanyakan semua,mereka menjawab: “Bagaimana kami harus menjawabmu, wahai Rasulullah? Milik Allah dan Rasul-Nya-lah anugerah dan keutamaan.”.

kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Demi Allah! Seandainya kalian mau mengatakan kalimat ini, kalian benar dan akan dibenarkan: “Engkau datang kepada kami sebagai orang yang didustakan, lalu kami membenarkanmu. Engkau datang sebagai orang yang dihinakan, lalu kami membelamu. Engkau datang sebagai orang yang terusir, lalu kami melindungimu. Engkau datang dalam keadaan tak punya apa-apa, lalu kami berkorban untukmu”, begitu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan agar kaum anshar menjawabnya dengan jawaban tersebut, tapi siapa pula yang berani menjawab seperti itu pada rasul, tambah malu, tambah tertunduk muka para sahabat-sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memberikan simpati kepada mereka ketika mulai agak tenang sudah masuk pemikiran itu kedalam hati para sahabat-sahabatnya baru Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memasukkan pengajaran yang sangat berharga sekali Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan dengan kalimat-kalimat yang berisi tentang kepercayaan dan kebanggaan beliau kepada mereka. Juga tentang hikmah dari perbedaan pembagian harta rampasan perang tersebut, beliau bersabda: “Wahai sekalian kaum anshar! Apakah kalian akan marah kepadaku kalian mengucapkan kata-kata seperti itu terhadapku dalam kasus permasalahan setetes nikmat dunia yang aku harapkan sekelompok bisa lembut hatinya agar mereka masuk islam dan aku telah lepaskan keislaman kalian kepada kalian, mengenai ucapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seakan akan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan perjuangan kita selama ini wahai anshar apakah atas dunia apakah pernah saya menjanjikan pada kalian untuk mendapatkan dunia semata, apakah selama ini saya mengajarkan kepada kalian untuk berebut dunia semata sehingga kalian mempermasalahkannya, Kemudian setelah itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan sesuatu yang belum pernah dikatakan orang lain kepada mereka, maka terbitlah kepercayaan dan kasih sayang dalam diri mereka, yang mengalir dengan deras. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: Wahai sekalian anshar, tidakkah kalian ridha jika manusia pulang dengan membawa kambing dan unta sementara kalian pulang membawa Rasulullah yang menyertai perjalanan kalian? Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya yang membat hati kalian berubah, lebih baik dari apa yang membuat hati mereka berubah. Jikalau tidak karena hijrah, niscaya aku akan menyusuri bukit dan lembah yang ditembpuh kaum Anshar. Kaum Anshar adalah pakaian Islam, sedangkan manusia yang lain adalah selimutnya.

Maka diakhiri perkataan tersebut dengan doa rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam untuk kaum anshar, Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar, rahmatilah anak-anak kaum anshar, dan rahmatilah cucu-cucu kaum anshar, maka tiada satu orang yang hadir pada waktu itu baik tua atau muda menagis hingga membasahi jenggot mereka dan berkata: “Kami ridha dengan pembagian dan jatah dari Rasulullah”.

Terdapat beberapa hikmah yang kita ambil dari kisah tersebut diantaranya adalah, jika seandainya kita berbuat untuk islam maka janganlah niatkan untuk dunia, berbuatlah untuk akhirat sebagaimana anshar telah melakukan hal itu, dan jika anda mendapat ketidakpuasan, kesulitan dalam menjalankan hal itu maka ingatlah pertemuan dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di telaga kausar bersabarlah, bersabarlah hingga engkau bertemu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di telaga kausar dan alangkah dekatnya telaga kausar tersebut bagi orang yang menantinya, dan alangkah indahnya pertemuan dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam qudwah kita contoh dan teladan kita, sosok yang begitu mencintai dan menyayangi ummatnya, pertemuan antara orang yang mencintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dengan orang yang di cintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, orang-orang yang ikhlas dalam menegakkan islam, faidah yang berikutnya bahwa kekekalan dan keabadian bagi orang-orang yang ikhlas kepada allah, dan fana dunia kepada orang yang tidak ikhlas dalam berjuang, lihatlah mana unta yang di bawa oleh Abu Sufyan, Muawiyah, Hakim bin Hizam,mungkin dalam beberapa tahun unta tersebut telah mati, tapi lihatlah doa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepada anshar ia kekal ia abadi dia selalu ada sampai mereka bertemu dengan allah mendapatkan rahmat allah di dunia dan akhirat, faidah yang berikutnya jadilah kita orang -orang muslim yang memiliki, dan mempergunakan bagi agama kita baik itu harta, jiwa, fisik, dan keahlian kita, lihatlah bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melembutkan hati para kaum quraisy yang baru masuk islam dengan hasil ghanimah, harta yang didapat dari perjuangan dengan harta, jiwa, fisik, serta keahlian berperang yang dimiliki , semoga tulisan ini dapat dijadikan bahan renungan untuk memperbaiki diri saya pribadi, dan para pembaca sekalian.

(Diambil dari kajian Ustadz Armen Halim Naro rahimahullah, “Mendulang Hikmah dari perang Hunain”, dan buku Sirah Nabawiyah Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani An-Nadwi dengan takhrij hadist Syaikh Ibrahim al-’ali rahimahullah)
sumber artikel : http://islamiceconomicvolunteers.site50.net/

Download Mp3 :

Posted on Februari 1, 2009, in Audio Kajian, Kisah Nyata and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. 6 Komentar.

  1. Tolong kirimi saya cerita-cerita hikmah

  2. Wah seru ceritanya sering di update ya…biar tambah nie wawasan kita yang baca

  3. kok audionya kagak bisa didonlot

  4. Assalamu’alaikum…..
    izin copy ya…..
    JazakumuLLah Khairan…..

Tinggalkan komentar