Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Oleh : Ustadz Abdullah Taslim al Buthoni

Dari Ummu Habibab radhyallahi ‘anha, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang Muslim melakukan shalat sunnat karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, kecuali Allah azza wa jalla akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” [1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam an Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab keutamaan shalat sunnat rawatib (yang dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau “Riyadhus Shalihin.” [2]

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah

1.  Shalat sunnat rawatib adalah shalat sunnat yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib lima waktu. [3]

2.  Dalam riwayat dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan dalam hadits diatas. [4] yaitu: empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah magrib, dua rakaat sesudah isya dan dua rakaat sebelum subuh. [5] adapun riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat ashar.” Ini adalah riwayat yang lemah [6] karena menyelisihi riwayat yang lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya. [7]

3.  Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-shalat sunnat rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu. Sebagaimana yang difahami dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas. Demikian yang diterangkan oleh para Ulama. [8]

4.  Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnat rawatib pada waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha’ (menggantinya) di waktu lain. [9] Ini ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [10]

5.  Dalam hadits ini terdapat perintah untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada Allah ta’ala semata-mata.

6.  Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadh yang dikerjakan secara kontinyu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah azza wa jalla adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” [11]

7.  Semangat dan kesungguhan para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam memahami dan mengamalkan petunjuk dan sunnat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Wallahu a’lam.

Note:

[1] HR.Muslim no.728

[2] Riyadhus Shalihin bab no.195 hal.1409

[3] Lihat keterangan Imam an Nawawi dalam: “Shahih Muslim” (1/502)

[4] Lihat keterangan Syaikh al ‘Utsaimin dalam “Syarh Riyadhis Shalihin” (3/282)

[5] HR.Nasa’i (3/261), at Tirmidzi (2/273) dan Ibnu Majah (1/361). Lihat Shahih Sunan Ibnu Majah no.935

[6] Dinyatakan lemah oleh Syaikh al Albani dalam “Dha’iful Jami’ish Shagir” no.5672

[7] Lihat kitab “Bughyatul Mutathawwi” hal.22

[8] Lihat misalnya kitab “Faidhul Qodir” (6/166)

[9] Demikian keterangan yang kami dengar langsung dari guru kami yang mulia, Syaikh ‘Abdul Muhsin al ‘Abbad

[10] Lihat kitab “Bughyatul Mutathawwi” hal.29, 33-34

[11] HR.al Bukhari no.6099 dan Muslim no.783

Sumber:

Sumber: Disalin ulang dari Majalah as Sunnah Edisi 04 Thn.XIII, Rajab 1430/Juli 2009, Rubrik Baituna hal.7

Bookmark and Share

Posted on Oktober 19, 2009, in Mutiara Sunnah, Shalat ; Dzikir ; Do'a and tagged , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: