Kitab al Hikam Dalam Timbangan Islam

Oleh: Ustadz Abu Ahmad as Salafi hafizhahullah

Kitab al Hikam yang ditulis oleh Ibnu Atho’illah as Sakandari adalah kitab yang sangat popular di dunia dan juga di Indonesia. Kitab ini banyak dikaji di pondok-pondok pesantren dan bahkan di dalam siaran-siaran radio di banyak kota di Indonesia.

Kitab yang populer ini ternyata di dalamnya terdapat banyak sekali penyelewengan terhadap syari’at Islam. Karena itulah, insya Allah dalam pembahasan kali ini akan kami jelaskan kesesatan-kesesatan kitab ini sebagai nasihat keagamaan bagi saudara-saudara kami kaum muslimin dan sekaligus sebagai jawaban kami atas permintaan sebagian pembaca yang menanyakan isi kitab ini. Sebagai catatan, cetakan kitab yang kami jadikan acuan dalam pembahasan ini adalah cetakan Penerbit Balai Buku Surabaya.

Penulis Kitab Ini

Penulisnya adalah Abul Fadhl Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Atho’ullah as Sakandari.

Aqidah Wihdatul Wujud

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 18-21:

“Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat di dalam segala sesuatu? Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat di dalam segala sesuatu? Bagaimana akan dapat di bayangkan bahwa Allah dapat di hijab oleh sesuatu, padahal Allah yang dzhohir sebelum adanya sesuatu? Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih nampak daripada segala sesuatu? Bagaimana mungkin akan dihijab oleh segala sesuatu, padahal Dia lah Yang Esa (tunggal) yang tidak ada bersamanya segala sesuatu?

Penulis juga berkata dalam hikmah nomor 46:

“Telah ada Allah, dan tiada sesuatu pun bersama-Nya, dan Dia kini sebagaimana ada-Nya semula.”

Kami katakan:

Ini adalah aqidah wihdatul wujud yang batil dan kufur. Aqidah tersebut merupakan kelanjutan daru pemikiran hulul. Pemikiran hulul dicetuskan pertama kali oleh Husain bin Manshur al Hallaj, ialah pemikiran kelompok Sufi yang menetapkan bahwa Allah menjelma pada segala sesuatu.

Menurut keyakinan wihdatul wujud tidak ada sesuatu pun kecuali Allah, segala sesuatu yang ada adalah penjelmaan Allah, tidak ada pemisahan antara al Kholiq dan makhluk. Keyakinan ini berasal dari pemikiran Hindu, Buddha, dan Majusi, sedangkan Islam berlepas diri dari keyakinan sesat ini.

Para pencetus pemikiran ini terbagi menjadi dua kelompok:

  1. Kelompok yang memandang bahwasanya Allah azza wa jalla adalah roh dan bahwasanya alam adalah jisim (jasad) dari roh tersebut. Jika seorang manusia telah menyucikan dirinya maka dia akan bersatu dengan roh yaitu Allah.
  2. Kelompok yang lain beranggapan bahwa seluruh yang ada di alam semesta tidak ada hakikat bagi wujudnya kecuali wujud Allah.[1] Mereka berkata,”Selama Allah adalah hakikatnya wujud alam yang nampak ini maka semua keyakinan yang ada adalah haq, berarti semua agama kembali kepada satu aqidah, yaitu bahwa semua agama adalah sama dan semua agama adalah benar!”

Para ulama kaum muslimin sepakat tentang kufurnya kelompok Sufi yang menganut keyakinan wihdatul wujud dan hulul. Demikian juga mereka (para ulama) mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan pemikiran-pemikiran ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Kekufuran mereka ini lebih besar daripada kekufuran orang-orang Yahudi, Nasrani dan Musyrikin Arab.” [2]

Berdo’a Kepada Allah Berarti Menuduh Allah

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 29:

“Permintaanmu dari Allah adalah menuduh Allah (khawatir tidak memberi kepadamu), dan permintaanmu untuk-Nya adalah ketidakhadiran-Nya darimu.”

Kami katakan:

Bagaimana dikatakan bahwa meminta kepada Allah adalah hal yang tercela, padahal Allah telah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya (yang artinya):

Rabbmu berfirman : ‘Berdo’alah kepada-Ku pasti Aku kabulkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina.” [QS.Ghofir/40:60]

Bahkan Allah akan murka kepada orang-orang yang tidak mau meminta kepada-Nya sebagaimana di dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah ta’ala maka Allah murka kepadanya.” [HR.at Tirmidzi dalam Jami’ nya:5/456, dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohihul Jami’:2418]

Seorang penyair berkata:

“Allah murka jika engkau tidak minta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta maka dia marah.” [3]

Maka meminta kepada Allah adalah salah satu ibadah yang mulia sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Do’a itu ibadah.” [HR.at Tirmidzi dalam Jami’-nya: 5/211 dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan shohib. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohihul Jami’:3407)

Bolehkah Berdalil Atas Adanya Allah Dengan Adanya Alam Semesta?

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 29:

Jauh berbeda antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berdalil bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Allah. Orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam adalah orang yang mengenal haq dan meletakkan pada tempatnya, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah, karena ia tidak sampai kepada Allah. Maka bilakah Allah itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya? Dan bilakah Allah itu jauh sehingga adanya alam itu dapat menyampaikan kepadanya?

Kami katakan:

Allah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memikirkan ciptaan-ciptaan-Nya dan kemudian untuk beribadah semata-mata kepada-Nya. Allah azza wa jalla berfirman (yang artinya):

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu bersujud) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya beribadah.” [QS.Fushshilat/41:37]

Dan Allah azza wa jalla berfirman (yang artinya):

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Tuhan) yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu Dia menghasilkan segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [QS.al Baqarah/221-22]

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam ibadah.” [4]

Ber-istidlal (berdalil) dengan adanya alam untuk menunjukkan keberadaan Allah adalah manhaj (metode) para imam Ahli Sunnah wal Jama’ah:

Al Imam Malik rahimahullah ditanya oleh Harun ar Rosyid tentang dalil atas wujudnya Allah maka beliau berdalil dengan perbedaan bahasa, suara dan nada.

Al Imam Abu Hanifah rahimahullah ketika ditanya oleh orang-orang zindiq tentang keberadaan Allah maka beliau berdalil tentang alam semesta yang sangat teratur yang tidak mungkin kecuali ada penciptanya.

Al Imam asy Syafi’i rahimahullah tatkala ditanya tentang dalil atas keberadaan Allah maka beliau berdalil dengan sebuah daun yang jika dimakan oleh ulat sutera maka akan mengeluarkan sutera, dan jika dimakan oleh lebah maka akan mengeluarkan madu, dan jika dimakan oleh kambing dan sapi maka akan mengeluarkan kotoran, dan jika dimakan oleh kijang misik maka akan mengeluarkan minyak misik, ini menunjukkan atas keagungan Pencipta.

Al Imam Ahmad rahimahullah keika ditanya tentang keberadaan Allah maka beliau berdalil dengan sebuah telur yang mati yang keluar darinya makhluk yang hidup. [5]

Ilmu Kasyaf

Penulis berkata dalam hikmah nomor 162-164

“Tempat terbitnya berbagai nur cahaya Ilahi itu dalam hati manusia dan rahasia-rahasianya. Nur cahaya yang tersimpan dalam hati itu datangnya dari nur yang datang langsung dari pembendaharaan yang ghaib.”

Kami katakan:

Inilah yang disebut sebagai Ilmu Kasyaf yang digambarkan oleh Ibnu ‘Arabi dengan perkataannya: “Sesungguhnya seseorang tidak akan sempurna di sisi kami dalam maqom ilmu sehingga ilmunya di ambil langsung dari Allah azza wa jalla…maka bukanlah ilmu melainkan yang berasa dari kasyaf dan syuhud.” [6]

Kaum sufi menyandarkan ajaran agama mereka kepada hawa nafsu mereka yang mereka namakan dengan kasyaf dan ilham. Mereka benar-benar menjauhi ilmu yang diambil dari para ulama Sunnah. Abu Yazid al Busthomi berkata kepada para ulama zamannya: “Kalian mengambil ilmu dari para ulama tulisan dari yang sudah mati dari yang sudah mati, sedangkan kami mengambil ilmu dari Dzat Yang Mahahidup yang tidak akan pernah mati, kami katakan: “Telah mengabarkan kepadaku hatiku dari Tuhanku!” [7]

Perkataan para dedengkot Sufi di atas menunjukkan betapa amat jahilnya mereka akan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan manhaj yang haq. Perkataan mereka ini mengandung ajakan kepada kaum muslimin agar meninggalkan semua kitab-kitab hadits yang mengandung sanad-sanad yang tsabit (terpercaya) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena para pemilik riwayat-riwayat ini sudah meninggal dunia, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri juga sudah meninggal dunia. Perkataan mereka ini sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin meskipun tampak seolah-olah perkataan yang tidak berarti.

Beramal Tanpa Mengharap Pahala

Penulis berkata di dalam hikmah nomor 255:

“Bukanlah seorang yang mencintai itu yang meminta apa-apa dari yang dicintai, melainkan seorang yang cinta kasih itu sesungguhnya ialah yang berkorban untukmu, bukan yang engkau beri apa-apa kepadanya.”

Penulis juga berkaa di dalam hikmah nomor 265:

“Bagaimana engkau akan meminta upah terhadap sutu amal yang Allah sendiri menyedekahkan kepadamu  amal itu, atau bagaimanakah engkau minta balasan atas suatu keikhlasan padahal Allah sendiri yang memberi hidayah keikhlasan itu kepadamu?

Kami katakan:

Demikianlah kaum Sufi melandaskan ibadah hanya pada mahabbah (kecintaan) dan mengabaikan segi yang lainnya seperti khouf dan roja’, sebagaimana perkataan sebagian mereka: “Aku menyembah Allah bukan karena mengharap surga dan takut kepada neraka.”

Tidak syak lagi bahwasanya kecintaan kepada Allah adalah landasan ibadah. Hanya, ibadah tidak lah terbatas pada mahabbah saja. Masih banyak segi-segi lain ibadah seperti khouf, roja’, khudhu’, do’a dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Ibadah adalah nama yang meliputi semua yang dicintai dan diridhoi oleh Allah dari perkataan dan perbuatan yang tampak dan tidak tampak.”

Allah menyifati para nabi dan rosul-Nya bahwasanya mereka beribadah kepada Allah dan bahwasanya mereka selalu mengharap rahmat Allah dan takut kepada Allah (yang artinya):

….Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” [QS.al Isra’/17:57]

Dan diantara do’a yang sering diucapkan oleh penghulu anak Adam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah:

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu surga serta (dari) perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka serta (dari) perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepadanya.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-Nya: 2/1264 dan dishohihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shohih Sunan Ibnu Majah]

Penutup

Inilah yang bisa kami paparkan dengan ringkas kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam kitab al Hikam. Sebetulnya masih banyak kesalahan lain kitab ini yang perlu dijelaskan tetapi insya Allah yang telah kami paparkan sudah bisa memberikan peringatan kepada kita tentang hakikat kitab ini.

Semoga Allah selalu menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan mengikutinya. Aamiin. Wallahu A’lam bishshowab.

Note:

[1] Shufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan hal.206-207

[2] Majmu’ Fatawa: 2/296

[3] Ibid

[4] Tafsir al Qur’an al-‘Azhim: 1/76

[5] Tafsir Ibnu Katsir: 1/77-78

[6] Thobaqoh Sya’roni: 1/5

[7] Ibid

Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 10 Thn.XIII, Jumadil Ula 1430/Mei 2009, Hal.40-43

Dipublikasikan kembali oleh : Al Qiyamah – Moslem Weblog

Posted on November 4, 2009, in Kitab and tagged . Bookmark the permalink. 52 Komentar.

  1. Assalamu’alaikum afwan ana mau ijin ngopy untuk dibaca dikomputer ana. Syukran Jazakumullah khairan.

  2. afwan pernahkan anda menyelami ilmu hati..??????…wahdatul wujud itu bukan kita bersatu dengan Tuhan secara materi, mungkin hal ini akan sesat ketika dipahami dari kata2nya saja…ini dimensi hati ustad..jadi tolong jangan mudah menyesesatkan seenaknya saja….Wallahu a`lam…

  3. Assalamu alaikum,
    Afwan Ustadz, tolong pahami kitab ini jangan dari sudut syariat yang sifatnya kontekstual saja. Banyak ulama yang menghargai Kitab ini karena di dalamnya banyak membimbing kita mengetahui hakikat Allah yang dapat memberikan kekuatan pada pengamalan hukum syariat.
    Wallahu a’lam……

  4. Salam.

    Jangan tersilap memberi hukum perkara yang kita tidak ketahui. Akhirnya hukum itu kembali kepada yang menghukum. Kitab yang bernilai tinggi dan hanya layak dikaji oleh orang luas ilmunya bukan sekadar syariat.dan kefahaman luaran. Tiada bahasa yang dapat diungkapkan mengenai keberadaan Allah, sebab itu ia perlu ada bimbingan Guru Mursideen.

    Semoga diampuni Allah swt.

  5. Sebenarnya saya ingin belajar Kitab ini..karena terkandung Ajaran Akhlaknya .

    jdi Penasaran malah..

    syukron atas artikelnya…

    saya pikir saya harus membandingkan pendapat Antum dan lainnya dulu…

    wassalam..

  6. Assalamualaikum wr.wb bagi kaum sufi,pujian atau cemo ohan,ga ada bedanya.hanya akan membuat lalai hati dari berdzikir saja kalau ditanggapi.

  7. Rasa manis hanya dapat dimengerti oleh mereka yang pernah merasakan manisnya rasa.
    Penjelasan seperti apapun tak kan pernah sampai, jika belum pernah “menyicipi” rasa manis tersebut..

    Bisakah kita mendefinisikan, menjelaskan tentang “rasa manis” kepada orang yang belum pernah sama sekali merasakan manis,.. nah !! ;)

    Wassalam.

    • Assalamu’alaikum…

      Asal kita tidak terjebak pada keindahan-keindahan, dan rasa yang pada dasarnya adalah makhluk ….

      Wassalam ..

  8. Ibnu Muhammad Masyhuri

    Baca syarahnya dulu baru komentar….

  9. Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik? [Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]

    • Tasawuf yg bagaimana dulu mas yg dimaksudkan imam Syafi’i? Tolong jangan asal main kutip perkataan ulama, tp pahami jg apa yg dimaksudkan beliau?

  10. Al Imam Asy Syafi’i—rahimahullah—berkata, “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)

    K.H. Hasyim Al Asy’ari—rahimahullah—(tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, NU) berkata, “Barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah tanpa mengikuti sunnah, maka pengakuannya adalah kebohongan.” (Ad Durar Al Muntasirah, hal. 4).

  11. mengapa banyak yang mengartikan “berdoalah kepada Ku niscaya akan Ku kabulkan” sebagai perintah wajibnya berdoa? jika benar begitu, serahusnya ayat itu berbunyi “diwajibkan bagimu untuk bedoa kepada Ku”.

    Mengapa tidak banyak yang mengartikan dan memahami bahwa maksud dari perintah itu adalah sebuah larangan bagi manusia untuk bedoa selain kepada Nya?

  12. afwan : memang mengkaji ilmu ruhani hanya bisa di mengerti dengan ruhani, memang tidak sepantasnya kita cepat memvonis sesat. begitu juga AlQur’an kalau hanya mengkaji dengan arti tekstual belaka akan begitu mudahnya kita memvonis saudara kita dengan kekufuran, kekafiran dan lain sebagainya

  13. Mahesa Baratayudha

    sy pikir anda terlalu dangkal dalam memahami isi dr kitab hikam ini,layaknya seorang siswa sekolah dasar yg baru membaca buku2 perkuliahan,sebelum anda byk melakukan kesalahan tanpa anda sadari lbh baik anda byk belajar lagi.trm ksh

  14. Orang yg mudah n sering menghukumi saudara nya sesat, kufur, syirik, bid’ah dll… ktahuilah bahwa merekalah (wahaby, salafy atw firqoh variannya..) ada5ah yg demikian adanya krn kedangkalan ilmu mereka.. eh..

  15. Astaghfirulloohal ‘Adzhiiim,maaf,Anda itu siapa,apa Anda tau siapa Ibn ‘Atho-illah?

  16. Berikut saya cuplikkan Mukaddimah disertasi S3 Pof. DR. KH. Said Aqil Siradj yang ia tulis semasa ia kuliah di Universitas Umm Al Quro, hal: tha’ (ط) Said Aqil menyatakan: “Telah diketahui bersama bahwa umat Islam di Indonesia secara politik, ekonomi, sosial dan idiologi menghadapi berbagai permasalahan besar. Pada saat yang sama mereka menghadapi musuh yang senantiasa mengancam mereka. Dimulai dari gerakan kristenisasi, paham sekuler, kebatinan, dan berbagai sekte sesat, semisal syi’ah, Qadiyaniyah (Ahmadiyyah), Bahaiyah dan selanjutnya tasawuf.”

    Pernyataan Said Aqil pada awal dan akhir disertasi S3-nya ini menggambarkan bagaimana pemahaman yang dianut oleh Universitas Umm Al Quro. Bukan hanya Syi’ah yang sesat, bahkan lebih jauh Said Aqil dari hasil studinya menyimpulkan bahwa paham tasawuf juga menyimpang dari ajaran Islam. Karena itu pada akhir dari disertasinya, Said Aqil menyatakan: “Sejatinya ajaran tasawuf dalam hal “al hulul” (menyatunya Tuhan dengan manusia) berasalkan dari orang-orang Syi’ah aliran keras (ekstrim). Aliran ekstrim Syi’ah meyakini bahwa Tuhan atau bagian dari-Nya telah menyatu dengan para imam mereka, atau yang mewakili mereka. Dan idiologi ini sampai ke pada para pengikut Sekte Syi’ah berawal dari pengaruh ajaran agama Nasrani.” (“Silatullah Bil Kaun Fit Tassawuf Al Falsafy” oleh Said Aqil Siradj 2/605-606).
    Semoga bermanfaat.
    Sumber : http://salafiyunpad.wordpress.com/2012/02/03/dr-said-aqil-siradj-dulu-dan-kini/

  17. penjelasan yg akan menyesat kan bagi kaum muslim

  18. mas jangan asal ngomong aj,,,klu mas berkata ini sesat,,berarti mas belajar baru hanya kulit ny aj,,,jangan asal menyebutkan hadis,,tp kaji ap maknany,,bukan yg di kaji artrinya,,skali lg ,,klu baca hadis kajilah maknany,,bukan hanya artinya yg di baca

  19. penulis artikel ini menunjukkan ia belum memahami hakikat ihsan…kalo ditumpuk-tumpuk mas kitab tashawuf itu banyak betul..tokoh2nya syeikh abd qadir aljelani sultannya para wali bahkan syeikh ibnu taimiyah begitu menjunjung ulama sufi bahkan ada syarah beliau terhadap kitab tasawuf “futuhul ghaib”karya syeikh abd qadir aljaelani..

  20. yang perlu diteliti lebih lanjut adalah bahwa ide atau faham salafi adalah ide bid’ah sebab belum pernah ada Rasul mengatakan kata-kata “salafi” ide ini muncul untuk menanamkan keragu-raguan umat terhadap ulama..mereka biasanya menggunakan hujjah dhaif maudhu’ dan sebagainya..padahal ambilah mutiara selama mutiara itu berupa kebenaran. dan tak bertentangan dengan ayat alQur’an dan hadits ..anggaplah saja itu perkataan ulama yang nota bene adalah pewaris nabi..ilmu tashawuf itu ilmu hati(ilmu ihsan)..dan kajian hati itu lebih luas dan dalam, ketiimbang kajian ilmu fiqih yg nota bene kajiannya dalah ilmu jasad(fisik)(ilmu islam) dan begitu pula ilmu tauhid itu adalah ilmu akal yang kajiannya juga lebih luas dari pada ilmu fiqi(ilmu iman).saat kita merasakan jauh dengan Alah yg kita sentuh adalah dada kita (Hati). anda cari-cari dalam kitab fikih ilmu mengenali sabar, syukur, ikhlas, qana’ah, zuhud, wara’ ndak akan ada..kl anda membuang ilmu tashawuf termasuk didalamnya kitab hikam..maka miskin sekali agama ini.

  21. kenapa ya dari dulu salafi ini selalu saja menanamkan keraguan kepada umat..kitab tasawuf yg sudah mantab seperti “hikam” dipermasalahkan..bukannya cara berfikir Anda yg tidak toleran dengan menuduh orang lain bid’ah, sesat, hulul, itu saja mestinya yg dipermasalahkan..tuh syria sedang diobrak-abrik sama tentara kristen, atau tentara pemerintah yg berfaham syi’ah..korban sudah ribuan..eh anda malah mengajak orang meninggalkan kitab yang anda sendiri tidak mampu memahami nilai artistik dari kitab hikam itu..memang sih berfaham dan beribadah dengan nafsu terlihat seakan lezat..seakan-akan benar..dengan begini zionis amerika telah berhasil membuat kacau umat Islam..di luar mereka membantai kaum sunni dengan mengadu domba faham sunni-syiah, di dalam mereka menanamkan metode berfikir yg mengarah kepada keragu-raguan pada karya ulma besar. ya ampun..fahamilah tasawuf dengan hati anda..kalu anda berani menyalahkan ilmu tasawuf kenapa tidak berani menganggap sesat kita tasawuf yg lain spt fathu rabbani, algunnyah, futuhul gaib, yg kesemuanya karya syeikh abd qadir aljailani. metode generalisir untuk memahami agama tidak pantas loh mas..kitab hikam itu isinya rumus hidup loh mas.. mas salah paham gara2 baca terjemahannya sih harusnya mas membaca arabnya biar tidak salah memahami agama, apalagi mas berani memulai jawaban dengan mengatakan Kami katakan, seakan-akan mas mewakili ulama salafi..padahal syeikh ibnu taimiyah engga begitu sikapnya kepada ahli tashawuf yg siddiq pemahamannya.. ini buktinya kesalahan mas..” “Permintaanmu dari Allah adalah menuduh Allah (khawatir tidak memberi kepadamu), dan permintaanmu untuk-Nya adalah ketidakhadiran-Nya darimu.” Anda menanggapi sedikit ngawur rupanya dengan membandingkannya dengan ayat “ud’uuni astajib lakum..”do’alah(mintalah)kepadaku niscaya aku kabulkan”.itu dalam kita tertulis thalabuka (artinya menuntutnya kamu). kepada Allah jangan menuntut alias mendikte atu mengatur atur..tapi berdoalah dengan lapang dada dan hasilnya terimalah..Allah lebih tahu dengan apa yang terbaik bagi hambanya. jadi beda mas kepada Allah jangan “thalaba”(menuntut) tapi “da’a”(berdo’a) dan pasrah. itu saja mas komen saya tentang sembrononya mas dalam mencela kitab ulama..kalo ga ada ulama ahli tafsir, ahli hadits, ahli tasawuf, ahli tauhid, dan ahli fiqih maka ilmu itu ga akan sampai ke kita.. ulama kan pewaris Nabi maka junjunglah pewarisnya, jangan gampang mencela sebelum memahami..metode mencela, mencibir, membid’ah-bid’ahkan sepertinya tidak pantas untuk iklim Indonesia. wali songo saja santun, kl saja walisongo dakwahnya seperti cara Anda maka Islam tidak bisa masuk ke Nusantara, dan bisa-bisa kakek, eyang, buyut orang indo masih tetap dalam agama lama nya. dan akhirnya anda pun ga bisa berteriak-teriak seperti sekarang..seperti anak abg yg berapi-api atau belum dewasa..maka bersyukurlah kepada wali songo dan tirulah mereka. jangan sampai terbersit para pembaca hikam ahli bidah atau ahlul hulul wal-ittihad loh.. dari dulu sampai kapanpun tidak ada persatuan khalik dengan mahluknya..man lam yasykurinnas lam yasykurillah(bersyukurlah kepada orang tua anda dan kakek2 anda yg mengarahkan anda) yg dakwahnya tidak seperti anda “metode menyerang” metode baru yg tidak pernah ada di zaman nabi dan sahabatnya.. wong para ulama yg sudah wafat dan mereka para pembaca kitab hikam saja wafatnya sangat husnul khotimah.masak anda menyalahkan??kitab tasawuf saja jumlahnya banyak dari abad ke dua hijriah sampai sekarang terus bermunculan..karena hikmah Allah itu engga akan pernah terhenti..sementara kitab rujukan yg berfaham dan bermetode sama dengan anda baru muncul di tahun 1900 an..sejak kemunculan faham wahhabi sedangkan di tahun sebelum itu, tidak dikenal istilah membid’ah-bid’ahkan dan memecah belah ahlul qiblat.masak sih ujuk-ujuk ada ulama lahir thn 1800 an sekian lalu ia berdakwah di tengah saudi berarti sudah pasti benar..padahal di saat itu adalah saat awal kemunduran islam..turki utsmani runtuh..dan munculnya kaum orientalis ke kerajaan2 Islam..kenapa tidak berpandangan kita mengikuti faham atau metode berfikir yg ada di saudi dari kurun 1800-1700-1600-ke bawah sampai ke zaman tabi’it tabi’iin lalu ke era Nabi saw.kenapa hikmah kebenaran iitu mesti dipotong kompas bhw yg benar terhenti ke seorang ulam saja..bahkan ada ustad arifin ilham berzikir jama’ah dianggap bid’ah..orang bareng melakukan kebaikan dianggap bid’ah..padahal semakin banyaknya orang dalam kerumunan ibadah menunjukkan berpijarnya cahaya sang ulama itu, sebab manusia itu ibarat laron2 yg butuh cahaya..nah kalo cahaya anda sebesar lilin maka yang mendekatpun dan yg membutuhkan cahaya anda pun juga sedikit..fafham ya akhi..

    • SUBHANALLAH….terimakasih atas penjelasan saudara saya ini,, jujur waktu saya membaca dakwaan2 atas kitab hikam karya Auliya Allah SWT ini saya jadi ragu utk meneruskan pengkajian kitab tsb… tetapi Allah SWT telah menunjukan jalan yang terang atas keraguan, jawaban atas doa saya, tentunya saya akan giat mengikuti pengkajian di majelis yg saya ikuti… :) ALHAMDULILLAH.. LanjuuuuuuuT

  22. Lain kali tolong deh jangan meresahkan umat Islam, saling menyalahkan …..apalagi mengkoreksi kitab AL hikam, Anda hg katanya ustad bikin saja kitab yg sesuai dengan pemahaman dan tingkat agama Anda, bagaimana juga hak akan mampu Anda pahami isi kitab AL hikam….lain kali hati hati saja dalam mengomentari

  23. Assalamualaikum wr.wb kepada penuslis tolong jangan menilai sesuatu atau memahami sesuatu dengan akal anda saja, tapi pahamilah seseuatu hati

  24. hahahahahhahahahahahahhaha…… pemahaman yang aneh…. Maksud dari penulis Al Hikam kok di pahami secara lahiriah dan teks… sampe kapan gak akan bisa memahami…. hahahahahahhahahahahahaha
    Saran.. mengajilah pada yang ahli kitab tersebut , semoga mendapat pencerahan

  25. beberapa tahun lalu di rumah kami banyak sekali rekaman mp3 kajian kitab al-Hikam dari kiai yang terkenal (lengkap)…bahkan keluarga kami sempat dekat dengan beliau ini…tapi Allah menghendaki lain…suatu saat keluarga kami mengenal dakwah sunnah sesuai pemahaman salafussholeh yang meskipun banyak orang mencibirnya…tetapi membuat kami sadar…akhirnya kami buang semua rekaman kajian itu…smoga Allah menunjukkan jalan yang lurus kpd kita semua…

    • iya pak, bapak benar sekali untuk tidak mengkultuskan kyai atau ustadz siapapaun karena mereka bisa saja salah…tapi baiknya terus saja pak cari kebenaran dengan hati yang terus rendah hati ibarat lautan yang dengan kerendahan hatinya ia mau menampung samua aliran sungai yang bermuara kepadanya..asal bapak dengan hati yang sidiq”tulus” agar disampaikan kepada jalan menuju Allah yang paling jernih sesuai dengan jejak para sahabat, tabi’in, dan aulia serta orang2 saleh, dengan senantiasa tidak langsung kebawa mengklaim kebenaran pada diri sendiri apalagi menyalahkan ulama ini dan itu..insyallah bapak akan diarahkan oleh Allah kepada kebenaran hakiki..apalagi dengan memperbanyak zikir dan shalawat kepada Nabi Saw. insyallah akan diarahkan oleh Allah dan Rasulnya..tapi jangan terlena dengan lunaknya sufi seperti sebelumnya “saat anda berada pada titik jenuh”yang kadang bisa kebablasan membawa pada fatalistik, pasrah lemah dan mengalah pada kehidupan dan cenderung merasa deket dengan Tuhan padahal ibadahnya ia dalam kondisi “futur”(lemah) sebaliknya juga janganlah anda terpaku dengan kerasnya salafi yang kadang bisa kebablasan pada dominasi rasa merasa benar dalam diri dengan sandaran rumusan logika hadits dan kadang mengesampingan panggilan esensi kebenaran Qur’ani..sehingga akan kaku dalam bermu’amalah dengan mahluk sesama. jadi baiknya seimbang ada saatnya lembut dan ada saatnya tegas sehingga akan kita capai kesempurnaan dalam langkah kita menuju Allah swt..

  26. Dengarkan apa kata hatimu, sungguh artikel ini sangat menyesatkan

    • kalau memahami sesuatu hadirkan seorang guru, dengan menghadirkan guru, guru itu akan melihat gurunya, gurunya itu akan melihat gurunya, gurunya akan melihat gurunya, gurunya akan melihat para tabiin, gurunya akan melihat sahabat, sahabat akan melihat rosul muhammad SAW, rosul muhammad SAW akan melihat Allah, jangan memahami ilmu Allah di ukur dengan akal kita, akal kita, penglihatan kita itu buta

    • jangan mengukur ilmu Allah dengan akal kamu, kemampuan kamu sendiri, ulama-ulama dulu penglihatannya, pendengarannya lebih tajam, hadirkan guru kalau mempelajarinya, karena guru akan melihat gurunya, gurunya akan melihat gurunya, gurunya akan melihat tabiin, tabiin akan melihat para sahabat, sahabat akan melihat rosul Muhammad SAW, dan rosul akan melihat Allah langsung, tidak ada sesuatu apapun yang dapat membatasi Allah, kalau anda sudah membatasi Allah secara tidak langsung anda sudah merasa diatasnya Allah, jangan menganggap diri kamu menguasai ilmu Allah pengetahuannya yang paling benar, secara tidak langsung anda sudah merasa paling benar dan membatasi Allah, pelajari dulu itu syarahnya al hikam jangan memotong2 yang sudah ada, jangan pernah mengukur Allah dengan ukuran anda

  27. astagfirulloh haladimmm, bertobatlah nak

  28. Assalamu’alaikum ustadz,jazakallahu khairan atas artikelnya. Ustadz sdh mlkkn kewajibannya dlm menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar shgg ummat mengetahui mn yg haq dan mn yg batil. Penjelasan ustadz tersebut sdh ada dlm kitab2 para ulama sunnah ttg kesesatan paham wihdatul wujud . Dan orang berfaham wihdatul wujud tsb tlh di hukum oleh pemerintah dengan sebab fatwa ulama pada zamannya.

    • ala mahsyar…
      emang islam punya mbah mu apa?
      seenak jidad mu aja menuduh orang sesat?
      sesat atau tidak, kafir atau tidak itu bukan urusan mu yang memvonisnya! emang surga dan neraka punya mu? bukan kan?
      yo kalau begitu jangan seenak dewek memvonis!
      mari kita serahkan segala urusan hanya kepada Allah. Islam itu tidaklah sempit, Islam itu Rahmatan lil ‘Alamin.

  29. salam alikum warahmatullahi wabarakatuh.”Iya kita semua sepakat dengan kesesatan faham wihdatul wujud. sebab faham ini mengarahkan tasawuf yg merupakan pembahasan jiwa kepada kajian akal atau filsafat, begitupun salah ketika orang mengarahkan faham fiqih ibadah kepada akal saja sehingga membawa kepada aliran kepercayaan atau bahasa slogannya yg sering digunakan mereka spt”sing penting eling dumateng pengeran”.jadi letakkan fikih-islam (ibadah badaniah)pada tempatnya, letakkan tauhid-iman (ibadah aqliyah)pada tempatnya, dan letakkan tasawuf-ihsan(ibadah ruhiyah) pada tempatnya.jangan pernah kita membuang salah satunya. syeikh Abdul Qadir al-Jailani adalah salah satu pioner ajaran tasawuf yang shahih dan jernih serta jauh dari bid’ah dan penyimpangan akidah, sepantasnya kita jadikan panutan. harumnya nama beliau dikalangan ulama dahulu dan kontemporer menunjukkan kelurusan metode yang beliau tempuh dalam berfikih-bertauhid-bertasawuf. jadi disiplin ilmu tasawuf jangan kita bid’ahkan, yang kita bid’ahkan adalah ritual menyimpang dari oknum2 mutashawwif awamnya.buktinya Syeikh Ibnu Taimiyah sendiri juga sangat menyanjung beliau bahkan turut mensyarahkan kitab tasawuf karya beliau yang berjudul futuhul ghaib. jadi panutan kita syeikh Ibnu Taimiyah saja mensyarahkan kitab tasawuf maka janganlah kita menolak disiplin ilmu tasawuf. sedangkan kitab hikam tergantung orang yang mampu menguasai sastra arab yang tinggi dan punya kemampuan menjelaskannya. bila orang itu tidak mendalam pemahamannya akan sastra arab “nahwu sharaf balagah-juga dangkal memahami ilmu tasawuf mereka bisa salah faham atau bahkan berfikir adanya wihdatul wujud padahal tidak sama sekali, padahal bhw syeikh Ibnu Athaillah dikategorikan beraliran tasawuf sunni.

  30. kajian tasawuf kok dinilai dengan akal. jahil murakab (bodoh dan tidak tahu bahwa dia bodoh)

  31. Bagus Artikel & Komentar2x.
    Jagan Tukaran Ya Ssma Muslimx, Apalagi Ungul2an Siapa Yg Benar & Siapa Yg Salah.
    :) :) :)

  32. MENILAI SESUATU JANGAN DARI LUARNYA SAJA, TOLONG FAHAMI DULU ISINYA
    JANGAN MAIN KUTIP..WSLMMLKM

  33. “Katakanlah! Mengapa kamu mendebat tentang Allah, tentang menauhidkan-Nya, padahal DIA Rabb kami dan Rabb kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Dan kami ikhlas kepada-Nya dalam beribadah” (S. Al-Baqarah. 139) “Tidak memberatkan engkau untuk menjadikan semua manusia mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang DIA kehendaki” (S.Al-Baqarah. 272).”Mereka itu telah ditetapkan Allah keimanan ke dalam qalbu mereka dan dikuatkan mereka dengan sesuatu ‘ruh’ (ruh al-quds) dari-NYA dan Allah kelak akan memasukkan mereka ke dalam surga” (S. Al-Mujadilah.22). “DIA-lah yang telah menurunkan As-Sakinah ke dalam qalbu orang-orang al-mu’min agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang telah ada” (S. Al-Fath.4). Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu belajar ilmu hanya untuk berbangga diri kepada para ulama dengan ilmu itu, kemudian berdebat dengan orang-orang bodoh (tidak mengerti) karena hanya untuk memalingkan wajah manusia kepadamu. Barang siapa yang melakukan hal itu, maka kelak ia di neraka” (H.R. Ibnu Majah dari hadits Jabir). “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk, karena prasangka buruk itu adalah dosa. Dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu mempergunjingkan orang lain” (S. Al-Hujuraat.12) Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya sebagian dari ilmu itu seperti keadaan sesuatu yang tersembunyi dan hanya diketahui oleh orang-orang yang mengetahui dengan ilmu Allah SWT” (H.R. Bukhari dan MUslim dari hadits Aisyah dan Annas). Untuk kembali menyejukkan suasana hati kita sekaligus mengakhiri perdebatan atau saling membenarkan diri lebih baik yu kita renungkan firman Allah dan hadits Rasulullah SAW di atas mudah-mudahan kita semua selalu dalam lindungan dan bimbingan-NYA….amiin…

  34. manusia mengangap rembulan itu indah namun haya beberapa orang saja yg berhasil menginjakan kakinya disana dan melihat kenyataannya .
    berpijaklah kebulan dahulu lalu boleh banyak bercakap betul betul betul
    kalau sekiranya belum faham tanyakan pada ‘ulama yg menguasainya . . .

  35. Assalamu alaikum?
    Anda siapa,apa anda sdh bnr2 mendalami ktb hikam itu sendiri,
    mnurt sy.anda jgn asal bercakap atw bikin posting.
    Pkrkn lah dulu.bnr apa slh yg anda posting itu?
    Trm ksh.wal afwu
    Wassalamu alaikum warohmatulloh

  36. sebenarnya bukan kitabnya yang salah tapi pemahamannya yg salah
    klu mau belajar TASAWUF tuh
    di dalam diri harusnya sdh ada ilmu
    TAUHID dan FIQIH
    klu blm ada 2 itu jgn dulu belajar tasawuf
    didlm ilmu TASAwuf banyak perumpamaan yg tidak bisa di nalar hanya dgn ilmu FIQIH saja
    klu ada TAUHID baru bisa ngerti
    klu saran saya jgn medikte salah sebelum mendalaminya
    m’f klu saya ada salah kata
    ilmu saya hanya sedikit
    apabila dibandingkan dengan ilmu ALLAH SWT hanya 1 tetes air di lautan-NYA

  37. Semoga Alllah membukakan hati penulis sehingga memahami arti kitab tersebut……

  38. Assalamu’ alaikum werohmatullohi webarokatuh…sodaraku..tak baik memponis orang lain, apapun alasannya..karna salah kata anda blm tentu salah kata orang lain..benar kata anda belum tentu benar kata orang lain..benar kata keduannya belum tentu benar kata Alloh..Alloh lah Hakim di atas Hakim..wellah’ A’lam

  39. ala abu…
    emang islam punya mbah mu apa?
    seenak jidad mu aja menuduh orang sesat?
    sesat atau tidak, kafir atau tidak itu bukan urusan mu yang memvonisnya! emang surga dan neraka punya mu? bukan kan?
    yo kalau begitu jangan seenak dewek memvonis!
    mari kita serahkan segala urusan hanya kepada Allah. Islam itu tidaklah sempit, Islam itu Rahmatan lil ‘Alamin.

  40. berhentilah mencela kaum muslimin

    Ente2 yg komen kayak dirinya paling benar dan mencela kaum muslimin ane tunggu ntar di akhirat di hadapan Allah kita nanti berbantah-bantahan. Maka persiapkanlah jawaban anda2 semua yg pencela nanti di yaumul hisab dan biarlah Allah yang menjadi Hakimnya. Setiap celaan anda2 semua ane catat di dalam hati ini dan akan ane cari antum2 semua di padang mashar nanti untuk mempertanggungjawabkan celaan dusta ente terhadap salafy.

  1. Ping-balik: Awas, Jangan Baca Kitab Al Hikamnya Ibnu Athoillah. Bahaya… « The True Ideas

Tinggalkan Balasan ke INDRA Batalkan balasan