Bolehkan Mengkritik Pemerintah Dihadapan Publik?

Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah ditanya:

Pertanyaan: apakah termasuk manhaj salaf mengeritik penguasa diatas mimbar-mimbar? Dan bagaimana manhaj salaf dalam menasehati penguasa?

Beliau menjawab:

ليس من منهج السلف التشهير بعيوب الولاة وذكر ذلك على المنابر لأن ذلك يفضي إلى الفوضى وعدم السمع والطاعة في المعروف ويفضي إلى الخوض الذي يضر ولا ينفع ,ولكن الطريقة المتبعة عند السلف النصيحة فيما بينهم بين السلطان, والكتابة إليه أو الاتصال بالعلماء الذي يتصلون به حتى يوجه إلى الخير وإنكار المنكر يكون من دون ذكر الفاعل ويكفي إنكار المعاصي والتحذير منها من غير ذكر أن فلانا يفعلها لا حاكم ولا غير حاكم.

ولما وقعت الفتنة في عهد عثمان رضي الله عنه قال بعض الناس لأسامة بن زيد رضي الله عنه : ألا تنكر على عثمان؟! قال: أنكر عليه عند الناس؟! لكن أنكر عليه بيني وبينه,ولا أفتح باب شر على الناس .

ولما فتحوا الشر في زمن عثمان رضي الله عنه وأنكروا على عثمان جهرة تمت الفتنة والقتال والفساد الذي لا يزال الناس في آثاره إلى اليوم, حتى حصلت الفتنة بين علي ومعاوية رضي الله عنه وقتل عثمان وعلي رضي الله عنه بأسباب ذلك, وقتل جم كثير من الصحابة رضي الله عنهم وغيرهم بأسباب الإنكار العلني وذكر العيوب علنا حتى أبغض الناس ولي أمرهم وحتى قتلوه, نسأل الله العافية.

Bukan termasuk manhaj salaf menyebarkan aib para penguasa dan menyebutkannya diatas mimbar-mimbar,sebab yang demikian akan menyebabkan kekacauan, dan penguasa tidak lagi didengarkan dan ditaati dalam perkara yang ma’ruf, dan menyebabkan mereka sibuk dalam perkara yang memudaratkan dan tidak mendatangkan manfaat. Namun metode yang diikuti dari kalangan salaf adalah adanya nasehat antara mereka dengan penguasanya, menulis surat kepadanya, atau menghubungi para alim ulama yang memiliki akses kepadanya sehingga dapat diarahkan kepada kebaikan.

Mengingkari kemungkaran dapat dilakukan dengan tidak menyebutkan pelakunya,dan cukup dengan cara mengingkari kemaksiatan dan memberi peringatan darinya, tanpa menyebutkan bahwa si fulan yang melakukannya,apakah dia seorang penguasa atau bukan.

Tatkala muncul fitnah dizaman Utsman Radiyallohu ‘anhu, sebagian orang bertanya kepada Usamah bin Zaid Radiyallohu ‘anhu : mengapa Engkau tidak mengingkari Utsman ?! Beliau menjawab: apakah aku mengingkarinya dihadapan manusia?! Namun aku mengingkarinya antara aku dan dia, dan aku tidak akan membuka pintu kejahatan yang menimpa manusia.” (HR.Muslim:2898)

Tatkala mereka membuka pintu fitnah dizaman Utsman Radiyallohu ‘anhu, dan mereka mengingkari Utsman Radiyallohu ‘anhu secara terang-terangan, maka fitnah dan peperangan pun berkobar, yang pengaruhnya terhadap manusia masih terasa hingga hari ini, sehingga terjadi fitnah antara Ali Radiyallohu ‘anhu dengan Muawiyah Radiyallohu ‘anhu, Utsman Radiyallohu ‘anhu dan Ali Radiyallohu ‘anhu terbunuh dengan sebab tersebut, dan terbunuh pula para sahabat -radhiallahu anhum- dalam jumlah yang banyak, dan yang lainnya yang merupakan akibat dari bentuk pengingkaran secara terbuka dan menyebutkan aib mereka secara terang-terangan, sehingga sebagian manusia benci kepada penguasanya dan bahkan sampai membunuhnya, semoga Allah senantiasa menyelamatkan kita.

(dari kitab: alfatawa al-muhimmah fi yabshir al-ummah,Jamal bin Furaihan Al-Haritsi,hal:17-18)

Diterjemahkan Oleh : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi

sumber: http://www.tsabat.com/ via http://www.merekaadalah.teroris.com/mat

Larangan Menasehati Seorang Penguasa Secara Terang-terangan

Diriwayatkan dari Syuraih bin Ubaid al-Hadhrami dan lain-lain berkata, “Iyadh bin Ghanim menjatuhkan hukum dera kepada salah seorang penduduk kampung yang baru dikuasai. Lalu Hisyam bin Hikam melontarkan kritik pedas yang membangkitkan kemarahan Iyadh. Setelah berlalu beberapa hari, Hisyam mendatangi Iyadh dan meminta maaf seraya berkata kepada Iyadh, “Tidakkah Anda mendengar bahwa Nabi saw. pernah bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang paling banyak menyiksa manusia adalah orang yang paling berat siksaannya di akhirat kelak’,” Iyadh bin Ghanim berkata, ‘Ya Hisyam, kami pernah mendengar apa yang kamu dengar dan kami telah melihat apa yang Anda lihat, lantas apakah Anda pernah mendengar bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa ingin menasehati seorang penguasa dalam suatu urusan maka janganlah ia lakukan dengan cara terang-terangan, tetapi pergilah ia dan bicaralah empat mata. Jika ia terima (alhamdulillah) dan jika tidak berarti engkau telah melaksanakan kewajibanmu.’ Sesungguhnya engkau ya Hisyam terlalu berani jika engkau berani menentang penguasa yang diangkat Allah. Tidakkah engkau khawatir dibunuh oleh penguasa, yang berarti kamu sebagai korban pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa Allah Tabaraka Wata’ala’,” (Shahih, HR Ahmad [III/403]).
Diriwayatkan dari Sa’id bin Jamhan, ia berkata, “Aku pernah mengunjungi Abdullah bin Abi Aufa yang sudah buta, lalu aku mengucapkan salam kepadanya. Kemudian ia bertanya kepadaku, ‘Siapa kamu?’ Aku jawab, ‘Aku bernama Sa’id bin Jamhaan.’ Ia kembali bertanya, ‘Apa yang telah dilakukan terhadap ayahmu.’ ‘Dia bunuh orang-orang Azaariqah,’ jawabku. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada kami bahwa mereka adalah anjing-anjing neraka.’ Aku bertanya, ‘Apakah hanya orang-orang Azaariqah saja atau semua orang khawarij?’ ‘Bahkan semua orang khawarij,’ jawabnya.”
Kemudian aku berkata, “Sesungguhnya penguasa telah menzhalimi masyarakat dan bersikap keras terhadap mereka.’ Lalu Abdullah bin Abi Aufa memegang tanganku dan mencubitnya dengan keras, seraya berkata, ‘Celakalah kau ini wahai Ibnu Jahaam. Kamu wajib bersama sawadul a’zham. Kamu wajib bersama sawadul a’zham. Apabila penguasa mau mengikuti nasehatmu maka datangi ia ke rumahnya dan beritahu ia apa yang engkau ketahui. Jika mereka menerima saranmu (alhamdulillah) dan jika tidak maka biarkan saja, karena kamu tidak lebih tahu daripada dirinya’,” (Hasan, Ahmad [IV/382]).

Kandungan Bab:

  1. Celaan menasehati penguasa dengan terang-terangan dan bukanlah manhaj salaf membeberkan aib penguasa di depan khalayak ramai. Sebab hal itu dapat memprofokasi masyarakat dan menimbulkan fitnah. Para salaf mendangi penguasa di rumahnya dan berbicara empat mata. Di sinilah mereka menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar. Apabila penguasa itu menerima sarannya berarti itu merupakan karunia dari Allah dan apabila ia tidak mau peduli berarti ia sudah memiliki hujjah di hadapan Allah. Oleh karena itu ketika sebagian orang-orang berkata kepada Usamah bin Zaid r.a, “Mengapa Anda tidak mau  mengingatkan kebijakan Utsman?” Ia menjawab, “Aku tidak akan mengkritiknya di hadapan masyarakat. Kalaupun aku mau mengkritiknya tentu aku lakukan dengan empat mata dan aku tidak ingin membuka pintu kejahatan untuk manusia.”
  2. Khawarij dan dan semua jama’ah yang ghuluw (berlebih-lebihan) dan takfir selalu memegang kekeliruan para penguasa muslim untuk membangkitkan kemarahan orang-orang awam dan menimbulkan fitnah di kalangan orang-orang jahil. Oleh karena itu ketika khawarij dengan terang-terangan mengkritik Utsman, muncullah berbagai fitnah, pembunuhan dan kekacauan. Mereka itulah pembuka segala kejahatan. Semoga Allah melindungi kita dari kejahatan dan fitnah mereka yang tetap ada, hingga generasi akhir mereka berperang bersama Dajjal.,” (Hasan, HR Ibnu Majah [174]).
  3. Hadits-hadits di atas mengisyaratkan makna yang indah, yaitu menghormati para ulama, pemimpin, dan penguasa agar kewibawaan mereka tetap tertanam dalam jiwa masyarakat. Dengan demikian mereka tetap mendengar dan mentaati perintah. Jangan sekali-kali memberanikan diri untuk membuat fitnah dan meceraiberaikan kaum muslimin. Hadits ini diriwayatkan dari jalur Ziyad bin Kusai al-‘Adawi, ia berkata, “Aku bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Abdullah bin Amir yang pada saat itu sedang berkhutbah dan mengenakan pakaian tipis. Abu Bilal berkata, ‘Lihat pemimpin kita, ia memakai pakaian orang-orang fasiq.’ Abu Bakrah berkata, ‘Diamlah! Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang menghinakan penguasa yang diangkat Allah di muka bumi maka Allah akan menghinakannya’,” (Dhaif, HR at-Tirmidzi [2224] dan Ahmad [V/42]).
  4. Hadits-hadits bab tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik jihad adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zhalim,” (Shahih, Silsilah Ahadits ash-Shahihah [491]).

Karena dari  hadits ini tidak dapat disimpulkan bolehnya menasehati penguasa secara terang-terangan. Bahkan yang benar adalah sebaliknya. Jadi kebenaran itu ia sampaikan langsung kepada penguasa zhalim, bukan di hadapan khalayak ramai dan bukan pula di mimbar-mimbar. Tetapi, berhubung penguasa tersebut adalah adalah penguasa  yang zhalim, bisa jadi ia akan membunuh si pemberi  nasehat yang amanah ini. Dengan demikian, si pemberi nasehat akan mendapat derajat tertinggi dalam kelompok para syuhada’ dan menjadi pemimpin para syuhada’. Allahu A’lam.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/536-539

Posted on Mei 31, 2010, in Fatwa & Tanya Jawab. Bookmark the permalink. 14 Komentar.

  1. Selagi Kritikan kita membangun apa salahnya?? toh pemerintah jg bukan malaikat kok…

  2. EMANG ENTE BISA NASEHATIN SBY BORO-BORO DATANG NASIHATIN BARU NYAMPE DEPAN GERBANGNYA AJA UDAH DIUSIR.

  3. SBY AMIRUL MUKMININ ?

  4. SBY AMIRUL MUKMININ ???????????????????????????????????????????????????

  5. dari artikel ini telah jelas bahwa manhaj salaf tidak mempunyai metode yang tegas kepada para penguasa yang dzalim,tapi hanya bisa tegas memvonis umat islam yang lain dengan gelar bid’ah,dan slalu membuat keributan dikalangan umat hanya karna perbedaan furu

  6. menurut ana sekedar untuk mengkritik dalam kebenaran itu hal yang wajar,ada apa denga manhaj salaf yang mengaku ahlulsunah waljamaah di beberapa kajian – kajiannya sering terjadi penghujatan terhadap kelompok muslim yang lain bahkan sampai menghujat para ulama-ulama yang tidak sepaham dengan kelompok ini

  7. klo emang penguasa itu udah ga’ bisa perhatiin rakyatnya, trus gimana caranya buat mereka sadar???
    anggota DPR aza udah terang2 an makan duit rakyat, pake alasan buat inilah – itulah…!!!
    tolong jelasin…!

  8. Heran bgt penguasa Zhalim kok mendapat ‘legitimasi’ ini zaman emank udeh dasyat orng yg mngklaim ‘faham’ tsaqafah aja kaya gini … weleh weleh TOBAT !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    • Dari Iyadh bin Ghanim radhiyallahu ‘anhu berkata : Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
      Barangsiapa berkeinginan menasehati sulthan (penguasa), maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan (di depan umum) dan hendaknya dia mengambil tangannya (dengan empat mata dan tersembunyi). Jika dia mau medengar (nasehat tersebut) itulah yang dimaksud, dan jika tidak (mau mendengar), maka dia telah menunaikan kewajiban atasnya. (Hadits Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal. 507 no. 1096)

      Dari Ubaidillah bin Al-Khiyar berkata : Aku pernah mendatangi Usamah bin Zaid, kemudian saya katakan kepadanya : Tidakkah kau nasehati Utsman bin Affan agar menegakkan had (hukuman) atas Al-Walid ? Usamah berkata : Apakah kau kira aku tidak mau menasehatinya kecuali dihadapanmu ?! Demi Allah, aku telah menasehatinya antara aku dan dia saja. Aku tidak mau membuka pintu kejelekan kemudian aku menjadi orang pertama yang membukanya. (Atsar shahih riwayat Bukhari dan Muslim)

      Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : Para pembesar kami dari kalangan sahabat Muhammad SAW melarang kami. Mereka berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
      Janganlah kalian mencela pemimpin-pemimpin kalian, janganlah kalian dengki kepada mereka dan janganlah kalian membenci mereka, (akan tetapi) bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya perkaranya (adalah) dekat. (Hadits shahih riwayat Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal, hal 474 no. 1015)

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Penguasa adalah naungan Allah di muka bumi ini, barangsiapa yang memuliakan penguasa maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa yang menghinakan penguasa maka Allah akan menghinakannya.” [Hadits hasan riwayat Ibnu Abi ‘Ashim dari Abu Bakrah ]

      Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
      Sepeninggalku nanti kalian akan menemui atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan haq rakyatnya-ed) maka bersabarlah sampai kalian menemuiku. (HR. Bukhari dan Muslim)

      Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata: “Hati-hatilah kalian! Janganlah kalian melaknat penguasa…” Seorang shohabat bertanya kepada beliau: “Wahai Abu Darda’, lalu apa yang kami perbuat jika kami melihat apa yang kami tidak sukai benar ada pada mereka?” Beliaupun menjawab: “Bersabarlah! sesungguhnya Allah bila melihat perkara itu ada pada mereka, maka Dia akan mencegahnya dari kalian dengan kematiannya.” [As-Sunnah 2/488]

      Abu Ishaq As-Sabi’iy berkata: “Tidak ada suatu kaum pun yang mencela pemerintahnya kecuali diharamkan begi mereka untuk mendapatkan kebaikannya.” [Riwayat Ibnu ‘Abdil Barr dan Abu Amr Ad-Daniy]

      Wallahu A’lam Bish-Shawab…

      semoga Allah azza wa jalla memberikan petunjuk kpd kita semua jalan yang lurus.amin.

  9. manhaj salaf adalah manhaj yg semua yang dicita2 kan umat Islam… adapaun kalangan salaf adalah golongan manusia yang Allah muliakan mereka semua… siapa yang tidak ingin menjadi salaf (soleh) sebagaimana para sahabat dahulu…. tabi’in dan tabiut tabi’in???
    secara etimologi ini adalah istilah umum dlm khazanah Islam dan bukan istilah yang dikhususkan menjadi satu golongan tertentu…
    apa akibatnya istilah ini diidentikan oleh satu jamaah atau golongan???
    ada 2 kemungkinan….
    1. dia akan menjadi target yang mudah untuk di fitnah bagi para kafiruun, dan para munafik
    kemungkinan yang lain
    2. ‘mereka’ akan menjadi SUMBER fitnah bagi yang lain… bahkan sesama muslim itu sendiri… ini lah yang menjadi sangat bahaya…
    dan yang terjadi sekarang adalah kemungkinan yang ke-dua….. wallahu ‘alam bishawab

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: