Tradisi Menanam Kepala Kerbau

Entah sejak kapan tradisi ini berlaku. Tidak jelas pula, siapa pencetus pertamanya. Tapi, bagi banyak orang, tradisi menanam kepala kerbau itu layaknya prosesi wajib yang selalu mengiringi momen-momen penting. Tak hanya orang-orang primitif, orang-orang berpendidikan, dan menguasai tekhnologi juga takut meninggalkan ritual ini. Setiap jali hendak memulai peletakan batu pertama suatu bangunan, pembangunan jembatan, ritual sedekah bumi maupun tradisi larung untuk sedekah laut, kepala kerbau hampir pasti menjadi inti dari sesaji.

Ritual ini juga mereka yakini bisa mencegah datangnya marabahaya sebelum datangnya, atau menghentikannya tatkala musibah datang melanda. Tidak heran, beberapa kali lumpur Lapindo di’suguhi’ kepala kerbau. Begitupun daerah-daerah yang pernah dilanda musibah banjir, gempa dan lain-lain.

Jika ada suatu jembatan runtuh atau bangunan ambruk, serta merta mereka berkomentar, “Itu akibatnya kalau tak ada tebusan kepala kerbau!”  Tapi jika ternyata yang ambruk itu pernah di tanami kepala kerbau, mereka diam seribu bahasa. Tidak mengambil pelajaran, bahwa kepala kerbau yang ditanam itu tidak mampu menyangga bangunan. Mereka juga melupakan banyaknya bangunan kokoh dan kuat, meskipun tanpa diberi pondasi dari kepala kerbau. Begitulah sikap ambivalen yang menjadi karakter ‘wajib’ orang-orang musyrik.

Bila ditanya, untuk siapa sebenarnya suguhan kepala kerbau itu ditujukan? Ada yang secara ‘jujur’ mengakui “Untuk jin yang menunggu tempat itu.” Namun, sikap ‘jujur’nya tidak mampu menghapus kesyirikan yang dilakukannya. Jika mereka menjawab untuk Allah, jelas ini jawaban yang mengada-ngada. Allah tidak perintahkan itu. Bahkan itu adalah tradisi syirik sejak zaman jahiliyyah yang terus dilestarikan pada penganutnya. Itu adalah persembahan kepada jin yang mereka yakini sebagai penunggu di tempat itu. Mereka takut, jika meninggalkan tradisi tersebut, akan ada bahaya di kemudian hari, bangunan runtuh, jembatan ambrol, gagal panen, atau musibah yang lebih besar akan datang. Lalu, untuk mencegah kemurkaan jin-jin penunggu, mereka memilih untuk mengabdi kepadanya, mendekatkan diri, taqarrub kepada jin.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

“Dan Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) untuk selain Allah.” (HR.Muslim)

Mengapa yang dipilih adalah kerbau? Jawabannya mungkin beragam. Tapi, apapun pilihan binatang yang dipersembahkan, hukumnya sama saja, pelakunya diancam neraka. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

“Ada yang masuk jannah karena lalat, masuk neraka juga karena lalat.” Sahabat bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang yang melewati kaum yang memiliki berhala. Mereka melarang siapapun yang lewat kecuali jika ia mau berkurban untuk berhala. Mereka bertanya kepada salah satu dari keduanya, “Berkurbanlah!” Ia menjawab, ”Aku tidak punya sesuatu untuk aku kurbankan.” Mereka berkata, “Berkurbanlah, meskipun dengan seekor lalat.” Iapun berkurban dengan lalat, lalu diberi jalan. Akhirnya, ia masuk neraka. Lalu mereka bertanya kepada orang kedua, “Berkurbanlah!” Ia menjawab, “Aku tidak berkurban untuk siapapun selain Allah Azza wa Jalla.” Merekapun membunuhnya, lalu ia masuk Jannah.” [HR.Ahmad]

Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari menyekutukan-Mu padahal aku tahu, dan aku memohon ampunan kepada-Mu dalam hal yang aku tidak tahu. Aamiin.

Sumber: Disalin ulang dari buku “Bid’ah dan Khurafat di Indonesia”, Ustadz Abu Umar Abdillah, Penerbit Wafa Press, Cet.Ketiga, Hal.53-55.

Posted on Mei 6, 2011, in Dunia Klenik & Perdukunan and tagged , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. 3 Komentar.

  1. Apa yg membuat mereka rela bergotong royong diatas kebodohan,
    Bukankah diantara mereka terdapat sesepuh yg dituakan atau yg biasa mereka sebut kiyai?
    Segitu kuatnya keyakinan mereka, sehingga dr sekian banyaknya jumlah mereka tak satupun yg menyadari kalau itu perbuatan syirik..

  2. ya begitulah. jaman dulu sampai skrng kemusyrikan dan kebodohan gk prnh sirna. di kampung gw juga ada org (kata nya keturunan raja dan santri nya bnyk), dia menyuruh masyarakat menanam kepala sapi di makam ulama yg dikeramatkan supaya kampung terhindar bencana.

  3. Pertanyaannya sekarang adalah, benarkah melakukan ritual aneh tersebut dapat memberikan jalan keluar yang baik dari persoalan-persoalan yang tengah menimpa manusia sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan? Bagi orang beriman tentu kita harus meyakini bahwa tidak ada yang bisa memberikan jalan keluar yang baik kecuali Allah swt. Dia saja lah yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menimpa manusia. Allah swt. Berfirman :

    surah / surat : Ath-Thalaaq Ayat : 2
    fa-idzaa balaghna ajalahunna fa-amsikuuhunna bima’ruufin aw faariquuhunna bima’ruufin wa-asyhiduu dzaway ‘adlin minkum wa-aqiimuu alsysyahaadata lillaahi dzaalikum yuu’azhu bihi man kaana yu/minu biallaahi waalyawmi al-aakhiri waman yattaqi allaaha yaj’al lahu makhrajaan

    2. Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

    Dan orang beriman juga harus meyakini bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan manfaat atau menolak mafsadat (bencana) terhadap seseorang kecuali jika Allah menghendaki. Dalam hadis riwayat Imam At-Tirmidzi dan dicatat dalam kitab “Az-Zawaajir”, Rasulullah saw. pernah berkata kepada Ibnu Abas: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya jika seluruh manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan jika seluruh manusia berkumpul untuk mencelakakanmu maka mereka tidak akan bisa mencelakakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepadaMu.” Bagaimana dengan melakukan ritual aneh ? Jika berkumpulnya seluruh manusia untuk memberikan manfaat atau menghindarkan bencana yang akan menimpa seseorang saja tidak bisa, apalagi hanya warga yang melakukan ritual aneh yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Logika ini sudah cukup bagi kita untuk tidak percaya 100% kepada para pendusta tersebut.

    Orang-orang yang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa memberi kehidupan kepada mereka dan bisa membebaskan mereka dari persoalan maka itu adalah musyrik (menyekutukan Allah). Dalam kitab “Majmu’ Fatawa”, Ibnu Taymiyah berkata: “Siapa saja yang meyakini bahwa berhala itu yang menurunkan hujan dan memberi rizki maka dia telah menyekutukan Allah (musyrik).” Sedangkan perbuatan menyekutukan Allah merupakan dosa yang amat besar yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah swt.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: