IBU…Tahukah Engkau Apa Itu IBU?

https://i0.wp.com/ketupat.biz/files/maafkan-aku-ibu.jpg

Dia adalah kepekaan yang halus. Bisikan nan lembut, rasa yang dapat mengalirkan air mata.

Ibu adalah keindahan dan kecantikan, permata yang terjaga dan mutiara yang terpelihara.

Ibu adalah harta simpanan yang hilang dari orang orang-orang durhaka dan harta simpanan berharga bagi orang-orang yang berbakti lagi mengasihi

Ibu tetaplah seorang ibu, semasa hidup dan sesudah matinya, semasa kecil si anak maupun dewasa. Ia adalah wewangian yang semerbak dan membubung tinggi, bunga yang wanginya menghiasi anak-anak, bintang yang bersinar di wajah para bapak, kehangatan dan kerinduan, keindahan dan kedamaian, cinta dan kasih sayang, kelembutan dan keajaiban. Kepribadiannya kokoh dan mengakar, harapannya tinggi, penuh tekad, dan cita-cita. Dia adalah pendidik sejati untuk para generasi yang sedang tumbuh.

Ibu bagaikan sekolah apabila engkau menyiapkannya.

Engkau telah menyiapkan bangsa yang berkepribadian.

Ibu adalah bagian kehidupan, tempat mengadu, tiang urusan, penyangga rumah, jalan keselamatan, ia adalah tanda kebesaran Allah, karunia dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertafakur.

Ibu adalah kebeningan hati dan jiwa, kesetiaan dan loyalitas, kerinduan dan kebaikan, penghibur dalam kesedihan, dan pelipur dalam kedukaan, ia adalah rahasia kehidupan, peredam kemarahan, dan sumber kebahagiaan.

Ibu adalah orang yang paling kuat di muka bumi, paling mulia jiwanya, paling peka perasaannya, paling teguh pendiriannya, paling tinggi derajatnya.

Ibu bagaikan bintang yang menerangi, tinggi di atas langit, bagus dan indah menghiasi dunia dengan sifat dan kepribadiannya.[1]

http://hasbee.files.wordpress.com/2009/11/baby-hand.jpeg
Ibu adalah sumber kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, kesejukan, keakraban, dan ketentraman. Ia memiliki kedudukan yang besar. Berusaha untuk ketenangannmu sejak ketika engkau masih nuthfah di dalam perutnya dan menjagamu dari apa yanag membahayakanmu. Ia hanya memakan apa yang menguatkan dan menyehatkanmu dalam masa pertumbuhanmu itu, dan meninggalkan berbagai kelezatan makanan-makanan yang nikmat. Apabila membahayakan nuthfah, ia meninggalkan banyak kesibukan, kebutuhan biologisnya, berjalan di jalanan, mengangkat yang berat  karena kasihan kepada nuthfah, padahal hanyalah sebuah nuthfah. Sungguh pejuangan yang panjang. Setelah datang fajar, menghalau malam yang ia lewatkan tanpa dapat memicingkan mata  karena pedih, sakit, takut, dan cemas meliputinya yang tidak mungkin dilukiskan oleh pena dan diungkapkan oleh lisan. Rasa sakit kian bertambah sehingga ia tidak sanggup untuk menangis, dan ia melihat kematian dengan mata kepalanya, berkali-kali, sehingga engkau keluar ke dunia, maka air mata jeritanmu bercampur dengan air mata kebahagiannya dan engkau menghapus segala pedih dan luka.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun; silih berganti berlalu dalam kehidupannya. Ia senantiasa membawamu di hatinya, memandikanmu dengan tangannya, ia jadikan haribaannya sebagai tempat tidurmu, di dadanya ada makanan di masa bayimu, dan ia berbahagia melihat senyummu. Kegembiraannya adalah membuatkan sesuatu untukmu, dan kebahagiaanya adalah dengan kegembiraanmu.

Dan semenjak engkau dilahirkan sampai engkau mulai tumbuh besar tidak dibawakan ke rumah makanan melainkan apa yang cocok untukmu. Sekalipun tidak disukainya, ia membawakan apa yang disukainya untukmu. Kemudian ia mendidikmu, memberikan manfaat untukmu, dan menjauhkan madharat darimu. Kalau saja ia membiarkanmu di permukaan tanah niscaya hewan akan memangsamu dan serangga menggigitmu.

Ia terus mencari keridhaanmu hingga akalmu mulai tampak. Engkau menangis dan ia membujukmu, menghilangkan kesedihan darimu. Upayanya untuk menghibur dirimu dan menyejukkan matamu serta menghilangkan apa yang menyesakkan dadamu sampai kepada batas yang tidak mungkin engkau dapat membalaskan jasa yang diberikan padamu selama-selamanya. Bagaimana tidak, karena ia telah berbuat demi ketenangan  dan kelapangan dadamu, sepanjang siang dan malam. Ia bagai pembantumu, bekerja untukmu, dan mendo’akan kebaikan untukmu.

Ia menanti hari engkau menjadi seorang pemuda, hari pertemuanmu, hari kedewasaanmu, dan hari pernikahanmu. Maka, ia bergembira dengan pernikahanmu sementara hatinya tercabik-cabik kesedihan karena berpisah denganmu.[2]

Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” [QS.Ibrahim: 41]

———————————————————

Foot Note:

[1] Mansur al-‘Ajban , Wa Barra’ bi Walidati

[2] al-‘Ajban, ibid.

Sumber: Dikutip dari Buku “Wahai Ibu Maafkan Anakku”, al Ustadz Abu Zubeir Hawari –hafizhahullah-, Penerbit Darul Falah, Cet.I, Hal.1-5, dengan sedikit tambahan.

Artikel terkait:

Posted on Juli 10, 2011, in Birrul Walidain and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: