Sunnah dan Bid’ah Seputar Adzan dan Iqomat 02

Oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi hafizhahullah

Bid’ah-Bid’ah Seputar Adzan dan Iqomat

Adzan merupakan ibadah, maka harus ada dalilnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang shohih. Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk mengingkari setiap bentuk ibadah yang tidak ada dalilnya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shohih.

Pada masa sekarang ini, banyak mu’adzin yang melakukan berbagai amalan yang tidak ada asalnya karena sudah dianggap sebagai sunnah dan suatu kebenaran. Sehingga apabila ditinggalkan mereka mengatakan: “Islam telah dilalaikan.” Berikut ini beberapa contoh bid’ah seputar adzan yang populer dinegeri kita:

1. Memutar Murottal al-Qur’an, Dzikir dan Sholawatan Sebelum Shalat.
Dalam banyak masjid, biasanya beberapa menit sebelum adzan, khususnya sholat Subuh dan sholat Jum’at, diputar terlebih dahulu murottal al-Qur’an. Dzikr-dzikir atau sholawat-sholawat sebagai pengantar adzan dan peringatan kepada manusia bahwa adzan telah dekat.

Hal ini sekalipun dipandang baik oleh perasaan banyak orang, akan tetapi tidak ada dalilnya darial-Qur’an, hadits dan amalan generasi salaf sholih, bahkan tergolong perkara baru dalam agama. Para ulama telah menghukumi hal ini termasuk perbuatan munkar dan bid’ah. al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Apa yang diada-adakan dari tasbih sebelum Subuh dan Jum’at serta ‘sholawatan’, bukanlah termasuk adzan baik secara bahasa maupun secara syar’i.” [1]

Lantas, bagaimana lagi kiranya bila hal itu dengan menggunakan pengeras suara?!! Bukankah itu berdampak negatif bagi orang yang mau menggunakan akalnya?!

2. Menabuh Beduk Sebelum Adzan
Dinegeri kita, sebelum adzan dikumandangkan biasanya mu’adzin terlebih dahulu memukul beduk atau kentongan beberapa pukulan, padahal sebagaimana dimaklumi bersama beduk adalah alat musik dan senda gurau. Lantas pantaskan alat tersebut digunakan untuk memanggil manusia untuk sholat?! Lantas apakah perbedaannya dengan lonceng atau terompet yang ditolak oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena hal itu adalah tradisi Yahudi dan Nashoro?! Tidak ragu lagi bahwa penggunaan  beduk sebelum adzan termasuk kemungkaran dan kebid’ahan dalam agama. Maka hendaknya dicukupkan dengan adzan aja tanpa tambahan. Wahai kaum muslimin, marilah kita beragama berdasarkan tuntunan agama, bukan dengan adat istiadat yang tidak ada dalilnya. [2]

3. Mengeraskan Sholawat Setelah Adzan
Dalam banyak masjid, sang mu’adzin biasanya usai adzan dia mengeraskan sholawat seakan-akan bagian dari adzan. Tidak ragu lagi bahwa sholawat kepada Nabi pada asalnya disyariatkan tetapi sholawatan dengan tata cara seperti itu tidak ada tuntunannya dari Nabi dan para sahabat. Oleh karena itu, para ulama bersepakat bahwa hal itu tersebut termasuk kemungkaran dan kebid’ahan.

Ibnu Hajar al-Haitsami rahimahullah berkata: “Guru-guru kami dan selain mereka telah ditanya tentang sholawatan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah adzan seperti yang biasa dilakukan mayoritas mu’adzin. Mereka semua memfatwakan bahwa asalnya adalah sunnah tetapi kaifiyah (tata cara) yang digunakannya adalah bid’ah.” Lanjutnya, “Hal itu karena adzan merupakan syiar Islam yang dinukil secara mutawatir sejak masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kata-katanya telah terhimpun dalam kitab-kitab hadits dan fiqih, disepakati oleh para imam kaum muslimin dari Ahli Sunnah wa Jama’ah. Adapun tambahan sholawat dan salam di akhirnya, maka itu merupakan kebid’ahan yang dibuat-buat oleh orang-orang belakangan.” [3]

4. Adzan Di Kuburan
Sebagian Syafi’iyyah belakangan mengatakan bahwa adzan di kuburan ketika menguburkan mayit hukumnya adalah sunnah dengan alasan qiyas (analogi) kepada masalah sunnahnya adzan di telinga bayi yang baru lahir. Kata mereka, “Kelahiran adalah awal keluar menuju dunia sedangkan menguburkan mayit adalah awal keluar dari dunia, maka pembukaannya dianalogikan dengan penutupannya.” [4]

Pendapat ini diingkari oleh para ulama Hanafiyyah, Malikiyyah dan Syafi’iyyah, mereka menegaskan bahwa adzan dikuburan termasuk perkara bid’ah karena tidak ada dalilnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , para sahabat atau seorang pun dari salaf sholih. Dan sebagaimana dimaklumi bahwa perbuatan seperti ini tidak bisa ditetapkan kecuali berdasarkan dalil karena adzan adalah ibadah sedangkan ibadah harus dibangun di atas dalil.

Adapun analogi mereka kepada masalah adzan di telinga bayi saat baru lahir, maka ini adalah analogi bathil karena ibadah itu dibangun di atas dalil, bukan berdasarkan hawa nafsu dan perasaan, terlebih lagi analogi semacam ini jauh sekali. Dari segi manakah persamaan antara kelahiran dan menguburkan mayit di kubur. Sekedar ini di awal dan itu di akhir bukan berarti harus sama.” [5]

Dari sini maka jelaslah bagi kita bahwa adzan ketika menguburkan mayit tidaklah disyariatkan, bahkan termasuk perkara bid’ah yang tercela.[6]

Demikian beberapa contoh bid’ah seputar masalah ini. Sebenarnya, masih banyak lagi lainnya tetapi kami tidak ingin memperpanjang jumlah halaman, [7] apalagi sebagian besarnya kurang populer dinegeri kita. Kita memohon kepada Allah azza wa jalla agar dihindarkan darinya dan memberi hidayah kepada saudara-saudara kita yang masih bersiteguh mempertahankannya. Amiin.

Note:
[1] Fathul Bari’: IIII 2/99
[2] Lihat al-Burhanul Mubin fi Tashoddi lil Bida’ wal Abathil: 1/294 oleh al-Asyrof bin Ibrohim
[3] Al-Fatawa al-Kubro al-Fiqhiyyah: 1/191
[4] Tuhfatul Muhtaj: 1/461
[5] Al-Fatawa Al-Kubro: 2/24, Ibnu Hajar al-Haitsami
[6] Dinukil dari Ahkamul Maqobir fi Syariah Islamiyyah hal.370 oleh Dr.Abdulloh as-Sahyibani
[7] Lihat Islahul Masajid hal.114-130 oleh Muhammad Jamaluddin al-Qosini, as-Sunan wal Mubtada’at hal.57-61 oleh Muhammad asy-Syuqoiri, as-Sunan wal Mubtada’at hal.114-117 oleh ‘Amr bin Abdul Mun’im

Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 5, Tahun Kesembilan, Dzulhijjah 1430 / Nov-Des 2009, Hal.44-45

Link Terkait : Sunnah dan Bid’ah Seputar Adzan dan Iqomat 01

Dipublikasikan kembali oleh : Al Qiyamah – Moslem Weblog

Posted on Februari 19, 2010, in Shalat ; Dzikir ; Do'a and tagged , , . Bookmark the permalink. 24 Komentar.

  1. haduh mas…

    kalo bedug ga ada, niscaya ngga ada islam berkibar di jawa.

    anda jangan terlalu kakulah dalam memahami suatu hadits.

    jangan jadi orang dogmatis.

    pantes aja islam “dibantai” ama umat yahudi n nasrani. kitab yang anda baca sudah ketinggalan jaman (buan hadits n Qur’an lho)

    orang udah sampai ke bulan kok anda masih meributkan hal2 itu. utamakanlah persatuan dan kesatuan umat muslim.
    bagaimana menggalang kekuatan bersama. bukan malah menyalahkan orang yang berbedug ria.

    belajar lagilah anda..

    wassalam

  2. Abdurrahman Al-Malawy

    Buat Mas Anto:
    Hidup Al-Ghorogholy…
    Ulama kok dibilang ketinggalan jaman…
    Kalau ngaku modern… Awal paragraf pakai huruf besar mas…

  3. Assalamu’alaikum. Jazakallah khairn, brmnfaat sx artkelnya. Syukrn!

  4. Assalamu’alikum
    Anto, astagfirullah….
    Ga ada ada hubungan bedug sama penyebaran Islam di jawa, yang kaku dan kuno kuwi sampeyan yo. Wis jelas penggunaan bedug kuwe wis mulai jamane wail jadul baget mbok?
    wah pancen wong ra jelas. Tunjukan pada ku hadis dan ayat Quran yang menggungkapkan kalo tahun 2010 dst Quran dan hadis Kadaluarsa!

  5. Membaca dzikir dan syair sebelum pelaksanaan shalat berjama’ah, adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan. Anjuran ini bisa ditinjau dari beberapa sisi.

    Pertama, dari sisi dalil, membaca syair di dalam masjid bukan merupakan sesuatu yang dilarang oleh agama. Pada masa Rasulullah SAW, para sahabat juga membaca syair di masjid. Dalam sebuah hadits

    Dari Sa’id bin Musayyab, ia berkata, “Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu.’ Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.’ Abu Hurairah lalu menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).’ ” (HR. Abu Dawud [4360] an-Nasa’i [709] dan Ahmad [20928]).

    Meogomentari hadits ini, Syaikh Isma’il az-Zain menjelaskan adanya kebolehan melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid. (Irsyadul Mu’minin ila Fadha’ili Dzikri Rabbil ‘Alamin, hlm. 16).

    Kedua, dari sisi syiar dan penanaman akidah umat. Selain menambah syiar agama, amaliah ini merupakan strategi yang sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat.

    Ketiga, dari aspek psikologis, lantunan syair yang indah itu dapat menambah semangat dan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakat tersebut dapat menjadi semacam warming up (persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti, yakni shalat lima waktu.

    Manfaat lain adalah, untuk mengobati rasa jemu sembari menunggu waktu shalat jama’ah dilaksanakan. Juga agar para jama’ah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama’ah dilaksanakan.

    Dengan beberapa alasan inilah maka membaca dzikir, nasehat, puji-pujian secara bersama-sama sebelum melaksanakan shalat jama’ah di masjid atau di mushalla adalah amaliah yang baik dan dianjurkan. Namun dengan satu catatan, tidak mengganggu orang yang sedang melaksanakan shalat. Tentu hal tersebut disesuaikan deogan situasi dan kondisi masing-masing masjid dan mushalla masing-masing.

  6. saya se-7 dengan apa yg disampaikan.
    islam tu Rahmatan lil Alamin, janganlah melihat sesuatu itu dari 1 sudut saja sehingga dengan mudahnya kita mengatakan bid’ah,bid’ah dan bid’ah.
    berfikirlah secara linier, spiral atau zigzag sehingga kita bisa lebih bijak lagi dalam menyikapi suatu masalah
    masih banyak umat islam yang tidak menjalankan kewajiban yang semestinya mereka lakukan (sholat, puasa, zakat dll),ketimbang mempersoalkan masalah yang khilafiyah, mengapa kita tidak ajak saja mereka untuk menjalankannya.
    kita tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah (kebenaran hakiki hanya milik Allah)
    kita semua sedang berproses untuk jadi lebih baik dan kita tidak tahu siapa sekarang yang bener” baik dan yang sedang berpura” baik.
    hidup lebih damai dengan berdampingan daripada saling menyalahkan

  7. Hai para teman teman,jangan hanya mengaji syari’at belaka yang hanya pintar dongen nulis dan membaca,tapi sengsara di akhirmu.jangan suka bid’ah bid’ahin deh.. Ngaca dulu… Belum tentu kamu itu paling benar,ilmu itu luas sekali.

  8. bid’ah yang akhi sebutkan kayaknya udah mendarah daging dimasyarakat, gimana ngilanginnya ..

  9. jadi gimana donk azan yg diajarkan sama rasulullah .. ?

  10. Barokallahu fik, boleh izin share tulisannya ustadz ?

  11. ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafairrosyiddin
    dan jauhilah perkara’ batru dalam agama..
    sesungguhnya perkara’ baru dalam aganma itu adalah sesat
    dan sesat itu tempatnya di neraka

    jazakallahu khairan akhi.. :)

  12. Kembali kpd Al qur’an dan As sunnah..
    Islam perlu bukti,,! bukan omongan, pikiran atau sangkaan semata.. segala amalan harus dihadapkan dgn bukti yg shahih dari Al qur’an dan Hadist.. yg dsampaikn oleh para Ulama terdahulu.. dengan pemahaman para sahabat..!

    Segala ucapan Nabi atas dasar wahyu (lihat awal2 surat An najm)..
    klo Nabi aja beragama atas dasar Wahyu (tidak buat ajaran sendiri).. Trus apa pangkat dan kedudukan kita menciptakn amalan2 yg tidak ada hujjah..

    Bid’ah justru mghancurkn persatuan umat.. baik bid’ah akidah maupun amaliyah..
    akan tetapi,, masih bnyk saudara2 kt beramal tanpa ilmu.. hanya ikut2an doang.. tanpa bukti yg shahih.. tp Agama perintahkn ajak mereka dengan jalan hikmah,, dengan perkataan yg baik..! supaya mereka ingat..

    وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

    “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS Al- Israa’ : 36)

  13. mas,, klo mau dakwah jangan di blog (internet). bid’ah!!!
    maennya di internet,, di blog,, bid’ah bid’ah in orang aja kerjaannya.

    TUH MASJID JADI KOSONG !!!!!

    klo kata kasarnya sih,,,
    BENERIN DULU TUH CEBOK AMA WUDHU !!!!
    Jangan asal-asalan bid’ah-bid’ah in orang.

    klo lu-lu orang level ato tingkatannya udah wali,,, trus ngebid’ah-bid’ah in org,, baru gw terima. Nah ini,, cebok ama wudhu aja gw kaga yakin bener ato kagaknya,, dah ngomong serasa paling bener Islamnya.

    Jangan menyebarkan yang gini-ginian deh,,, kasian sama umat muslim jaman sekarang.

    Hafal Al-Qur’an aja kagak,,,
    iya,,, lu pake ayat-ayat yang bilang tentang bid’ah yang lu maksud,,,
    Nah,, ayat2 laennya begimane?? Dah hafal lu Al-Qur’an???

    Bagi gw,, hal-hal seperti ini sama saja dengan PENGGEMBOSAN UMMAT dan PEMECAH BELAHAN UMMAT !!!

    • setuju!!!! emang kerjaannya cuma ngomong di internet doang, sini ketemu gw. biar gw ajarin sekalian, cara sopan santun. dikit-dikit bid’ah.

  14. sudah lah jangn ribut….semuanya berusaha untuk mencari yang terbaik, saya masih awam, saya jadi bingung harus mengikuti yang mana, ….saya cuma hanya berdoa, semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada hambaNya dalam menjalankan perinyah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

    • Bila bicara tentang bid’ah, tiap saya pake mobil, kadang motor, umroh pake pesawat, zaman Nabi nga ada. Apa saya harus naik unta, keledai, atau kuda. Tingkah saya bid’ah semua, gimana saya taubatnya? Saya yakin ada bid’ah hasanah

  15. Jadilah bijaksana dalam menyikapi segala sesuatu serta selalu memohon pertolongan dan hidayah kepada ALLAH tabaroka wa ta’ala :)

  1. Ping-balik: Sunnah dan Bid’ah Seputar Adzan dan Iqomat « - – ASSALAFIYYAH – -

  2. Ping-balik: Sunnah dan Bid’ah Seputar Adzan dan Iqomat -2 « Fitri's Project

Tinggalkan komentar