Keutamaan dan Adab Mencari Ilmu 01

Oleh: Ustadz Agus Hasan Bashori Lc, M.Ag. hafizhahullah

1. Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mudzakarah ilmu (Mempelajari ilmu, mengingat-ingat ilmu, berdiskusi tentang ilmu) di sebagian malam lebih aku sukai daripada menghidupkan seluruh malam lebih aku sukai daripada menghidupkan seluruh malam (dengan ibadah).” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/117]

2. Hasan Bashri rahimahullah berkata: “Satu bab ilmu yang aku pelajari lebih aku sukai daripada dunia dan isinya.” [al Hilyah, 6/271]

Al Hasan Bashri juga berkata: “Seorang alim itu lebih baik daripada seorang yang zahid di dunia yang giat ibadah.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/120]

Hasan Bashri dan juga Sufyan al Tsauri berkata: “Kami dulu mencari ilmu untuk dunia lalu ilmu menarik kita ke akhirat.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/747, 750]

Hasan Bashri berkata: “Barangsiapa terus mencari ilmu dengan rasa malu maka ia mengenakan kebodohan sebagai celana, maka potonglah celana kebodohan dari kalian dengan memutus rasa malu dalam ilmu. Barangsiapa tipis mukanya maka tipis ilmunya.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/383]

3. Abu Qilabah al Bashri rahimahullah (w.104, ada yang mengatakan 107)

Abu Qilabah berkata: “Para ulama itu bagaikan bintang-bintang yang dijadikan petunjuk arah dan tanda-tanda yang diikuti, jika ia menghilang maka manusia bingung, dan jika mereka meninggalkannya maka mereka tersesat.” [al Hilyah, 2/283]

“Tidaklah mematikan ilmu kecuali tukang cerita. Seseorang duduk di majlis tukang cerita setahun, maka tidak ada sesuatupun ilmu yang melekat padanya. Sedang ia duduk di majlis ilmu maka ia tidak berdiri kecuali melekat sesuatu darinya.” [al Hilyah, 2/287]

4. Imam asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Membaca hadits itu lebih baik daripada shalat sunnah.” [As Siyar, 10/23]

Sementara Ibn Abdil Barr meriwayatkan ucapan Imam Syafi’i: “Mencari ilmu itu lebih baik daripada shalat sunnah.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/123]

Imam Syafi’i berkata: Tidak ada orang yang mencari ilmu ini dengan harta (kemewahan, foya-foya) dan dengan ketinggian hati lalu berhasil, akan tetapi siapa yang mencarinya dengan mengerahkan jiwanya dan dengan keprihatinan hidup maka ia pasti berhasil.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/413]

5. Al Zuhri rahimahullah berkata: “Allah tidak pernah disembah dengan sesuatu yang lebih utama daripada ilmu.” [al Hilyah, 3/365]

“Belajar sunnah lebih utama daripada ibadah seratus tahun.” [asy Syajri dalam al Aamaali, 1/66]

Al Zuhri berkata: “Aku duduk kepada Tsa’labah ibn Abi Shaghir lalu ia berkata: Aku lihar kamu suka ilmu. Saya jawab: Betul. Dia berkata: Kamu harus mengikuti Syaikh itu Sa’id ibnul Musayyib. Saya berkata: maka saya bermulazamah pada Sa’id ibnul Musayyib 7 tahun dan saya beralih dari sisinya kepada Urwah, maka aku terpancar dari sebuah lautan (ilmu).” [al Hilyah, 3/366]

Dia juga berkata: “Saya melayani Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utaibah hingga ketika pelayannya keluar lalu dia bertanya, “Siapa yang dipintu?” lalu budak wanitanya menjawab: “pelayanmu,” maka beliau menyangka kalau aku adalah budaknya (pelayannya). Sungguh aku melayaninya hingga aku mengambilkan air wudhunya.” [al Hilyah, 3/362]

5. Sufyan al-Tsauri al-Kufi rahimahullah (97-161H)

Syaikhul Islam Sufyan al Tsauri ditanya, sampai kapan anda mencari hadits? Maka ia berkata: “Kebaikan mana yang lebih baik selain daripada aku mencari hadits, sehingga aku beralih kepadanya? Hadits adalah sebaik-baik ilmu di dunia.” [al Siyar, 7/243]

Sufyan berkata: “Ketika aku ingin mencari ilmu aku berkata: ‘Ya Rabb, aku harus memiliki maisyah (mata pencaharian, sumber nafkah) sementara aku melihat ilmu dipelajari.’ Maka kukatakan: ‘Aku akan meluangkan seluruh waktu untuk mencari ilmu.’ Dia berkata: ‘Aku memohon kepada Allah kecukupan dan sibuk mencari ilmu. Maka aku tidak melihat kecuali apa yang aku suka hingga hari ini.” [al Hilyah, 6/370]

Sufyan berkata: “Aku tidak mengetahui sesuatu dari ibadah yang lebih utama daripada mengajarkan ilmu kepada manusia.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/124]

Ia menegaskan: “Tidak ada satu amal setelah faraidh yang lebih utama daripada mencari ilmu.” [al Hilyah, 6/363]

Tentang kedudukan ulama ia berkata: “Malaikat adalah penjaga langit sedangkan para ahli hadits adalah penjaga dunia.”

7. Sufyan ibn Uyainah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya kedudukan orang yang mencari ilmu yang bermanfaat itu seperti hamba yang mencari segala sesuatu yang menyenangkan tuannya (membuatnya ridha kepadanya), mencari kecintaan dan kedekatannya, serta kedudukan di sisinya agar ia tidak mendapatkan sesuatu padanya yang tidak dia suka. [al-Jami’ Liakhlaq al-Rawi, 1/90]

8. Abu Mijlaz rahimahullah

Abu Mijlaz ditanya sewaktu ia dan murid-muridnya berada dalam majlis fikih dan sunnah: “Seandainya anda membaca satu surat atau kalian membaca satu surat (dari al-Qur’an)?” Maka ia berkata: “Menurutku membaca satu surat tidak lebih baik daripada majlis kita ini.” [al-Hilyah, 3/112]

9. Sa’id ibn Jubair / Sa’id ibnul Musayyib rahimahullah

Shalih ibn Muhammad ibn Zaidah bercerita: “Ada sekelompok pemuda dari Bani Laits yang mereka itu ahli ibadah dan mereka pergi ke masjid siang-siang lalu terus shalat hingga Asar, maka Shalih berkata kepada Sa’id ibn Jubair: ‘Inilah yang disebut ibadah, andai saja kita kuat melakukan apa yang dilakukan oleh para pemuda itu.’ Maka Sa’id berkata: ‘Bukan ini ibadah itu, ibadah itu adala htafaqquh fiddin (mendalami ilmu agama) dan berfikir tentang perintah Allah (maksudnya ayat-ayat Allah).” [al-Hilyah, 2/162]

Demikian dalam kitab Min Akhbar as-Salaf, sementara dalam sumber lain adalah Sa’id Ibnul Musayyib al Makhzumi. Bakar ibn Khunais berkata: “Aku melihat satu kaum yang rajin shalat dan ibadah lalu aku bertanya kepada Sa’id: ‘Wahai abu Muhammad mengapa anda tidak ibadah bersama mereka?’ Maka beliau menjawab: ‘Wahai anak saudaraku, ibadah itu bukan itu. Lalu aku katakan: ‘lalu apa ibadah itu wahai abu Muhammad?’ Beliau menjawab: ‘Yaitu berfikir tentang perintah (ayat-ayat) Allah, menjauh dari apa yang diharamkan Allah dan menunaikan apa yang diwajibkan oleh Allah.”

10. Ibn Sirin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya satu kaum telah meninggalkan ilmu lalu menjadikan mihrab-mihrab dan mereka shalat di dalamnya serta berpuasa hingga kering kulit mereka menempel pada tulangnya, kemudian mereka menyalahi sunnah lalu binasa. Tidak, demi Allah yang tidak ada sesembahan yang hak selain-Nya, tidak ada seorang pun yang beramal di atas kebodohan melainkan ia lebih banyak merusak daripada berbuat kebaikan.” [al-Syajri dalam al-Amali 1/70]

11. Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah

Umar menguatkan apa yang dikatakan oleh Ibn Sirin rahimahullah dengan mengatakan: “Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dia rusak lebih banyak daripada apa yang ia perbaiki.” [Jami’ Bayanil Ilm, 1/131]

Semoga bermanfaat. Bersambung insya Allah…

Sumber : Diketik ulang (sedikit di edit), dari Majalah Qiblati Edisi 02, Tahun V, 11-1430/11-2009, Hal.84-88.

Dipublikasikan kembali oleh : Al Qiyamah – Moslem Weblog

Download File: Keutamaan dan Adab Mencari Ilmu 01.doc

Posted on Januari 16, 2010, in al-Ilmu and tagged , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: