Daily Archives: Agustus 15, 2008

Syaikh Ubaid Al-Jabiri

Beliau adalah Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al-Hamdani Al-Jabiri. Suku Jabir termasuk ke dalam keluarga Harbul Hijaz. Syaikh Ubaid dilahirkan pada tahun 1357 H di kota Faqir yang berada di lembah Far’in yang masih termasuk distrik Madinah Nabawi.

Studi Beliau
Di tahun 1365, beliau berangkat bersama ayahnya ke Ma’had Adz-Dzahab, di mana ini adalah pendidikan pertama bagi beliau.

Beliau tinggal di Madinah tahun 1374, namun karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan, beliau tidak dapat melanjutkan studi beliau selama beberapa waktu.

Pada tahun 1381, beliau kembali belajar di Darul Hadits Madinah yang dilanjutkan ke tingkat Ma’had Al-Ilmi. Setelah itu beliau kuliah di Universitas Islam Madinah mengambil jurusan syari’ah. Beliau lulus di tahun 1392 H dengan predikat ‘excellent’ dan terbaik di kelas beliau.

Guru-guru Beliau
Di antara guru-guru beliau yang bisa disebutkan antara lain:

– Di Darul Hadits:
1. Syaikh Sayfur-Rahmaan bin Ahmad
2. Syaikh ‘Ammaar bin ‘Abdillaah

– Di Ma’had Al-Ilmi:
1. Syaikh ‘Abdul-‘Aziz bin ‘Abdillaah Al-Khudayri
2. Syaikh ‘Awdah bin Talqah Al-Ahmadi
3. Syaikh Dakhilullaah bin Khalifah Al-Khaliti
4. Syaikh ‘Abdur-Rahmaan bin ‘Abdillaah Al-‘Ajlaan
5. Syaikh Muhammad bin ‘Abdillaah Al-‘Ajlaan

– Di Universitas Madinah:
1. Al-Muhaddits Syaikh Hammaad bin Muhammad Al-Ansaari
2. Al-Muhaddits, Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbaad
3. Syaikh Abu Bakr Al-Jazaa’iri

Tugas-tugas Beliau:
1. Beliau menjadi Imam Masjid As-Sabt di Kota Madinah mulai dari tahun 1387 sampai 1392 H.

2. Beliau mengajar di sekolah “Umar bin Abdil Aziz” di Kota Jeddah dari tahun 1392 sampai dengan 1396 H.

3. Beliau bertugas sebagai dai di Markaz Da’wah wal Irsyad di kota Madinah, di mana beliau menjabat sebagai asisten ketua dari tahun 1396 sampai 1404 H.

4. Beliau mengajar di Universitas Islam Madinah mulai akhir 1404 H sampai awal Rajab 1417, di mana beliau pensiun karena ada restrukturisasi di dalam universitas. Selama mengajar, Syaikh menyelesaikan master beliau di bidang tafsir di universitas yang sama.

Buku-buku yang Beliau Tulis
Asy-Syaikh menulis beberapa buku yang penting, di antaranya adalah:

1. Taysirul-Ilaah bi-Sharh Adillati Shuroot Laa Ilaaha IllaaAllaah, tentang penjelasan Lailaha illallah
2. Tanbih Dhiwi-ul-‘Uqool as-Salimah ilaa Fawaa’id Mustanbatah minas-Sittatil-Usool al-‘Adhimah, merupakan syarh (penjelasan) terhadap Kitab Ushulus Sittah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
3. Imaad-ul-Qaari bi-Sharh Kitaab at-Tafsir min Sahih-il-Bukhaari, penjelasan tentang hadits-hadits tafsir dari kitab Shahih Al-Bukhari
4. Syarh Muntaqa Ibni Jaruud
5. Syarh Ushul At-Tsalatsah, penjelasan Ushul Tsalatsah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
6. Syarh Qowaidul Fiqhiyah, penjelasan kaedah fiqh dari Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

blog sumber : http://ulamasunnah.wordpress.com

Imam Ibnu Abi Hatim

Oleh: Ibrahim bin Abdullah Al Hazhimi

Beliau adalah seorang Hafidz, kritikus, muhadits, ahli tafsir, Al ‘Allamah Abdurrahman Bin Muhammad Bin Idris Bin Mudzir Bin Daud Bin Mahran (Abu Muhammad) Bin Abi Hatim Al Hanzholi Ar Rozi.

Kelahiran, Perkembangan dan Menuntut Ilmu
Beliau dilahirkan tahun 240 Hijriyah. Beliau mengatakan, “Ayahku tidak meninggalkanku dengan hadits sampai aku bisa membaca Al Qur’an dengan belajar kepada Al Fadhl Bin Syadzan”. Setelah itu belia langsung belajar kepada ayahnya Imam Abu Hatim Ar Rozi dan Imam Abu Zur’ah serta selain keduanya yang termasuk muhaddits negeri Ray.

Beliau berkata tentang dirinya , “Aku pernah rihlah bersama ayahku di tahun 255 Hijriyah. Sebelumnya aku belum pernah ‘mimpi’. Ketika sampai di Dzul Hulaifah, aku ‘bermimpi’, maka ayahku gembira karena aku telah mendapatkan hujjah Islam. (Baligh -red)”. Beliau berkata lagi, “Kami berada di Mesir 7 bulan, tidak pernah makan kuah. Siangnya kami mengunjungi para syaikh. Malamnya kami mencatat dan berdiskusi. Pada suatu hari aku dan temanku mendatangi seorang Syaikh. Di perjalanan aku melihat ikan. Ikan itu membuat aku kagum. Maka kami beli. Ketika sampai di rumah, tiba waktu kami mengunjungi majelis sebahagian Syaikh. Maka kami berangkat meninggalkan ikan tesebut demikian sampai 3 hari. Ketika kami memakannya, beliau berkata: Ilmu tidak didapat dengan badan yang santai” Read the rest of this entry

Imam Al-Ajurri

Oleh: Al Ustadz Muhammad Ali Ishmah Al Medani

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Al Husein bin Abdillah Al Baghdadi Al Ajurri. Kunyah beliau Abu Bakr. Beliau berasal dari sebuah desa di bagian barat kota Baghdad yang bernama Darbal Ajur. Beliau lahir dan tumbuh di sana.

Para Guru Beliau
Imam Al Ajurri menimba ilmu dari segolongan ulama terkenal, di antaranya :

1. Imam Ibrahim bin Abdillah bin Muslim bin Ma’iz Abul Muslim Al Bashri Al Kajji. Beliau adalah Al Hafidh (orang yang banyak menghafal hadits lengkap dengan pengertian dan sanadnya), Al Mu’ammar, Shahibus Sunan (penulis kitab sunan). Imam ini adalah guru terbesar Imam Al Ajurri. Syaikh Ibrahim dilahirkan sekitar tahun 190 H dan wafat tahun 292 H di Baghdad. Jenazah beliau kemudian dipindah ke Bashrah dan dimakamkan di sana.
2. Imam Abul Abbas Ahmad bin Sahl bin Al Faizuran Al Usynani. Beliau adalah Syaikhul Qurra’ (pemimpin pembaca Al-Qur’an) di Baghdad. Beliau wafat pada tahun 307 H.
3. Imam Abu Abdillah Ahmad bin Al Hasan bin Abdil Jabbar bin Rasyid Al Baghdadi. Beliau bergelar Al Muhadits (ahli hadits) Ats Tsiqatul Mu’ammar. Beliau dilahirkan di Hudud tahun 210 H dan wafat tahun 306 H. Read the rest of this entry

Biografi: Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i

Beliau adalah Muqbil bin Hadi bin Muqbil bin Qanidah Al-Hamadani Al-Wadi’i Al-Khallaaly dari kabilah Aalu Rasyid dan di timur Sha’dah dari lembah Dammaj. Pada permulaan mencari ilmu, beliau belajar pada sebuah jami’ Al-Hadi dan tak ada seorangpun pada waktu itu yang membantunya dalam thalabul ilmi. Selang beberapa waktu beliau pergi menuju Al-Haramain dan Najd.

Suatu ketika seorang penceramah memberinya nasihat tentang kitab-kitab yang ber-manfaat dan menunjukkannya pada Shahih Bukhari, Bulughul Maram, Riyadlush Shalihin, Fathul Majid dan memberinya satu nuskhah dari Kitab Tauhid. Beliau menekuni dan mempelajari buku-buku tersebut. Beberapa waktu kemudian beliau pulang ke negerinya dan mengingkari setiap apa yang dilihatnya yang menyelisihi tauhid dari penyembelihan yang diperuntukkan selain kepada Allah, membangun kubah di atas kuburan dan berdoa kepada orang-orang yang telah mati.

Ketika berita ini terdengar oleh orang-orang Syi’ah pada waktu itu, mereka mengatakan, “Barang-siapa yang mengubah ajaran agamanya, maka bunuhlah!” Sebagian dari mereka mengadukan kepada kerabat-kerabat Syaikh, “Jika kalian tidak melarangnya, maka kami akan memenjarakannya.” Setelah itu mereka memutuskan untuk memasukkannya kembali ke Jami’ Al-Hadi untuk belajar pada mereka dan menghilangkan syubhat-syubhat yang ada pada Syaikh (menurut anggapan mereka pent). Berkata Syaikh, “Ketika aku melihat kurikulum yang ditetapkan adalah Syi’ah Mu’tazilah maka aku putuskan untuk konsentrasi dalam ilmu nahwu.” Dan tatkala terjadi perubahan politik antara Republik dan Kerajaan (Yaman), beliau meninggalkan negerinya dan pergi ke Najran untuk ber-mulazamah kepada Abul Husain Majduddin Al-Muayyid dan men-dapatkan faedah darinya, terlebih khusus dalam bahasa Arab. Beliau tinggal di sana selama kurang lebih selama dua tahun, kemudian ber-’azzam untuk ber-rihlah (menempuh perjalanan pent) ke negeri Haramain dan Najd dan belajar pada sebuah madrasah tahfizh Al-Qur’an Al-Karim. Kemudian bertekad lagi untuk safar ke Makkah dan beliau menghadiri durus (halaqoh-halaqoh ilmu pent) di antaranya adalah Syaikh Yahya bin Utsman Al-Baqistani dan Syaikh Al-Qadhi Yahya Asywal dan Syaikh Abdurrazzaq Asy-Syahidi Al-Mahwithi. Lalu beliau masuk ke ma’had Al-Haram Al-Makki dan selesai dari tingkatan mutawasith dan tsanawi beliau pindah ke Madinah dan masuk ke Jami’ah Al-Islamiyah pada fakultas da’wah dan ushuluddin. Saat tiba waktu liburan Syaikh merasa takut kehilangan waktunya, sehingga beliau mengikutsertakan dirinya pada fakultas syari’ah untuk menambah ilmu. Karena materi-materinya saling berdekatan dan sebagiannya sama, maka hal itu dianggap sebagai murajaah (pengulangan) atas yang beliau pelajari di fakultas da’wah.

Selesai dari dua fakultas ini, Syaikh berkata, “Aku diberi dua ijazah, namun alhamdulillah aku tidak menghiraukannya, yang terpenting bagiku adalah ilmu.” Setelah selesai dari dua fakultas ini dibukalah di jami’ah untuk tingkatan lanjutan yaitu magister, beliaupun mendaftarkan dirinya dan beliau berhasil dalam ujian penerimaannya yaitu dalam bidang ilmu hadits. Berkata Syaikh, “Setelah ini semua, aku tinggal di perpustakaanku. Hanya beberapa saat berdatanganlah sebagian saudara-saudara dari Mesir, maka aku buka pelajaran-pelajaran dari sebagian kitab-kitab hadits dan kitab-kitab bahasa. Dan masih saja para thalabul ilmi berdatangan dari Mesir, Kuwait, Haramain, Najd, ‘Adn, Hadramaut, Al-Jazair, Libia, Somalia, Belgia dan dari kebanyakan negeri-negeri Islam dan yang lainnya.”

Gunung-gunung dan pasir serta lembah-lembah menjadi saksi bagi Abu Abdirrahman (nama kunyah Syaikh Muqbil pent) dalam penyebaran Sunnah dan kesabarannya dalam menanamkan pada hati manusia serta permusuhannya terhadap bid’ah dengan fadhilah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Guru-guru beliau yang paling masyhur :

1. Abdul Aziz As-Subail
2. Abdullah bin Muhammad bin Humaid
3. Abdul Aziz bin Rasyid An-Najdi
4. Muhammad bin Abdillah Ash-Shoumali
5. Muhammad Al-Amin Al-Mishri
6. Hammad bin Muhammad Al-Anshori
7. Aziz bin Abdillah bin Baaz(beliau pernah hadir mengikuti sebagian halaqoh ilmunya di Haramun Madani yaitu pada kitab Shahih Muslim)
8. Muhammad Nashiruddin Al-Albani (beliau mengambil faidah darinya pada pertemuan khusus para thalabatul ilmi dan pada kesempatan-kesempatan yang lainnya).

Sebagian dari karya-karya Syaikh :

1. Ash-Shahih Al-Musnad min Asbabin Nuzul
2. Al-Ilzamaat wat-Tatabbu’
3. Asy-Syafa’at
4. Ash-Shahih Al-Musnad mimma laisa fish-Shahihaini
5. Ash-Shahih Al-Musnad min Dalaailin Nubuwwati
6. Al-Jami’u Ash-Shahih fil-Qadari
7. Al-jami’u Ash-Shahih mimma laisa fish- Shahihaini (tersusun sesuai dengan bab-bab fiqhiyyah)
8. Tatabbu’u Awhamil Hakim fi al-Mustadrak al-lati lam yunabbih ‘alaiha Adz-Dzahabi ma’a Tarajimi lir-ruwati alladzina laisu min rijali Tahdzibi At-Tahdzib
9. As-Suyufu Al-Bathirat li ilhadi Asy-Syuyuiyyah Al-Kafirah
10. Ijabatu As-Saili ‘an ahammi Al-Masaili
11. Dan beliau juga mempunyai sekitar 33 karya yang lain.

Beberapa murid-murid Syaikh yang menonjol, murid-murid beliau sangat banyak sekali tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah, kami sebutkan beberapa di antaranya yang menonjol dari kalangan muallifin (penulis buku), para dai-dai, dan selain mereka :

1. Ahmad bin Ibrahim Abul Ainain Al-Mishri
2. Ahmad bin Sa’id Al-Asyhabi Al-Hajari Abul Mundzir
3. Usamah bin Abdul Latif Al-Kushi, penulis kitab Al-Adzan
4. Abdullah bin Utsman Ad-Damari, beliau terkenal sebagai pemberi ceramah kalangan Ahlussunnah di Yaman
5. Abdul Aziz bin Yahya Al-Bura’i
6. Abdul Mushawwir bin Muhammad Al- Ba’dani
7. Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushobi Abdali
8. Muhammad bin Abdillah Al-Imam Abu Nashr Ar-Raimi
9. Musthofa bin Ismail Abul Hasan As- Sulaimani Al-Maghribi
10. Musthofa ibnul Adawi Al-Mishry
11. Yahya bin Ali Al-Muri
12. Abdur Raqib bin Ali Al-Ibbi
13. Qasim bin Ahmad Abu Abdillah At-Taizi
14. Jamil bin Ali Asy-Syaja’ Ash-Shobari
15. Ali bin Abdillah Abul Hasan Asy-Syaibani
16. Auf bin Abdillah Al-Bakkari Abu Harun
17. Utsman bin Abdillah Al-Utmi
18. Ummu Abdillah binti Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, penulis kitab Ash-Shahihul Musnad min Asy-Syamaili Al-Muhammadiyyah dan yang lainnya.

Diringkas oleh Abu Malik Adnan Al-Maqthori
Dinukil dari “Silsilah Al Muntaqo min Fatawa
As Syaikh Al Allamah Muqbil bin Hadi AL Wadi’i”
Judul Indonesia “Risalah Ramadan untuk Saudaraku
Kumpulan 44 Fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi”
Penerbit Pustaka At Tsiqaat Press

Sumber: http://ghuroba.blogsome.com/

Syaikh Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar al-Jakni (Asy-Syinqithi)

Beliau dilahirkan pada tahun 1325 H (1904). Asy-Syaikh Muhammad al-Amin menghapal al-Qur’an saat berumur 10 tahun di bawah bimbingan paman beliau, Abdullah bin Muhammad al-Mukhtar bin Ibrahim bin Ahmad Nuh al-Jakni. Beliau juga belajar tajwid dan penulisan al-Qur’an Mushaf Utsmani dengan saduara sepupu beliau, Muhamma bin Ahmad bin Muhammad al-Mukhtar. Belajar bahasa Arab dengan membaca kitab al-Ajrumiah, belajar sirah nabi dan sejarah keunggulan bangsa Arab kepada bibi beliau.

Asy-Syaikh Muhammad al-Amin juga belajar ilmu-ilmu lain seperti ilmu fiqih, tafsir, hadits, Bahasa Arab, ushul fiqih dan syair kepada sejumlah ulama di negerinya, sebagian besar di antara mereak berasal dari kabilah Jakni. Mereka antara lain, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih (lebih dikenal dengan nama Ibnu Ahmad al-Afram), Syaikh Ahmad al-Afram bin Muhammad al-Mukhtar, asy-Syaikh Ahmad bin Umar, asy-Syaikh Ahmad bin Mud, asy-Syaikh an-Nimah bin Zaydan, asy-Syaikh Ahmad Fal bin Aduh.

Asy-Syaikh Muhamad al-Amin telah selesai mengajarkan tafsir al-Qur’an sebanyak dua kali di Masjid Nabawi. Murid-murid beliau jumlahnya cukup banyak namun secara pastinya tidak diketahui. Di antara mereka adalah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang secara teratur mengikuti kajian tafsir di Masjid Nabawi sat beliau menjadi ‘Rektor’ Universitas Madinah, asy-Syaikh Atiyyah Muhammad Salim (ulama yang melengkapi kitab tafsir karya asy-Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid dan putra beliau, asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Mukhtar bin Muhammad al-Amin asy-Syinqithi.

Asy-Syaikh Muhammad menulis sejumlah kitab yang memiliki ciri berupa kuatnya data (dalil) yang beliau gunakan, jelasnya keterangan dan metodologi yang dibawakan dan aslinya pemikiran serta dalil yang dipakai, serta disusun dalam bahasa Arab yang cermat dan tepat. Di antara kitab karya beliau antara lain Adhwaul Bayan, Adab al-Bahts Wal Munazharah, Daf’u iham al-Iththirab ‘An al-Kitab, Alfiah Fil Manthiq, Khalis az-Zaman fi Dzikr Ansab Bani Adnan, Man’u Jawaz al-Majaz fil Munazzal Lit Ta’abbud Wal I’jaz, Mudzakkirah Ushul Ifiqh, Manhaj Ayat al-Asma Wash Shifat, Rajaz Fi Furu’ Madzhab Malik Yakhtas bi ‘Uqud al-Buyu’ Wa Ruhun, Syarh Maraqi as-Shu’ud, Nazhm fi al-Faraid.

Asy-Syaikh Muhamad adalah seroang ulama yang memiliki sifat selalu berusaha mempraktekkan apa yang beliau dakwahkan dan beliau selalu melarang orang-orang agar tidak menfitnah satu sama lain. Beliau seorang yang zuhud terhadap dunia, senantiasa bersikap jujur, tulus, dan selalu memperbaiki sikapnya bila berlawanan dengan kebenaran.

Asy-Syaikh Muhammad al-Amin selalu berusaha mencari ilmu yang bermanfaat yang semua itu adalah harta yang sangat berharaga. Puncak dari itu semua adalah Kitabullah, al-Qur’an.

Orang-orang yang sering menghadiri kajian asy-Syaikh Muhammad akan mengetahui bahwa keilmuan beliau terhadap Kitabullah demikian dalam dan luas. Misalnya, seseorang menyebutkan sebuah ayat al-Qur’an, maka dengan segera asy-Syaikh Muhammad tahu ayat kelanjutannya, atau pun ayat sebelumnya.

Beliau wafat tahun 1393 H (1972) Masehi. Semoga Allah merahmati heliau.

(SUMBER: Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, Abu Abdillah Alercon, dan lain-lain [ww.fatwaonline.com] & http://www.alsofwah.or.id)

Biografi: Ustadz Abdullah Sholeh Ali Hadrami

Dilahirkan di kota dingin nan sejuk Malang Jawa Timur pada hari Jum’at 27 Dzul Qa’dah 1391 Hijriyyah bertepatan dengan 14 Januari 1972 Masehi dari rahim Bunda tercinta, Ruqayyah –Rahimahallah. Diberi nama Abdullah yang artinya Hamba Allah oleh Ayahanda tercinta Sholeh (Saleh) Ali Hadrami.

Alamat Domisili
Malang Jawa Timur Indonesia (Afwan alamat tidak disertakan untuk kemaslahatan) HP 08164296227,
Email abdhadrami@yahoo.com
Website www.hatibening.com atau www.kajianislam.net.

Pendidikan
Mengenyam pendidikan di TK dan MI At-Taroqqie Malang, MTs Negeri Malang 1, kemudian sempat di SMA satu semester tapi nggak kerasan, akhirnya masuk Pondok Pesanteren Darul Lughoh Wad Dakwah Bangil Pasuruan (Al-Ustadz Hasan Baharun –Rahimahullah) tapi cuma tiga bulan (maklum masih anak Ummi, kata orang jawa mbok-mbok en). Setelah itu pindah ke Pon Pes Darut Tauhid Malang (Al-Ustadz Abdullah Awad Abdun –Rahimahullah) sampai selesai 4 tahun. Read the rest of this entry